Langit yang biasanya cerah di sekitar puncak Aconcagua di Argentina mendadak gelap dan berawan. Hal itu membuat wajah Promotor Ekspedisi Indonesia Raya Teguh Santosa mendadak berubah melihat fenomena alam tersebut ketika memantau langsung dari ketinggian 2.950 mdpl, Kamis sore waktu setempat (3/3).
"Cuaca di atas gunung sama di bawah sini belum tentu sama," ujar Manajer Ekspedisi Dar Edi Yoga mencoba menenangkan.
Masalah cuaca biasanya menjadi kendala utama bagi seorang pendaki ketika hendak melakukan aktifitas pendakian. Dan selama musim pendakian di Aconcagua sudah banyak pendaki dari manca negara yang tidak dapat mencapai puncak dan harus tertahan di ketinggian tertentu serta harus kembali ke Plaza de Mulas.
"Selain masalah cuaca, faktor kesehatan dan mental juga sangat berpengaruh dalam menyelesaikan pendakian," jelas Dar Edi Yoga yang juga aktivis pecinta alam sejak 1985.
Dari Kamis malam hingga Jumat siang waktu Argentina, para pendamping yang terdiri dari Teguh Santosa, Dar Edi Yoga dan Asisten Manajer Ekspedisi Feril Nawali tampak gelisah menanti saat summit attack yang dilakukan pendaki tunadaksa kaki satu Sabar Gorky dan para pendaki dari TNI yang diwakili prajurit Korps Marinir serta pendaki dari Kantor Berita Politik RMOL.
"Saat ini yang dapat kita lakukan adalah berdoa, karena doa-doa yang dipanjatkan adalah mantera kekuatan dan perlindungan bagi para pendaki," ujar Dar Edi Yoga seraya memohon agar seluruh rakyat Indonesia berdoa untuk para pendaki yang tengah berjuang meraih puncak tertinggi Aconcagua 6.962 mdpl di benua Amerika Utara itu. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA