Sejarah adalah catatan-catatan kejadian yang besar dan berpengaruh di masa lampau. Tentu saja sejarah tidak catatan sejarah yang moderat, setiap pihak penguasa pasti menambahkan bumbu-bumbu penyedap dan pihak yang kalah pasti tidak akan tinggal diam kemudian mencoba membuat
Kalau memang benar begitu adanya, tidak arif jika catatan sejarah yang ada harus ditelan mentah-mentah. Agar dapat menjadi modal pembangunan masa depan, diperlukan upaya pembuktian
kebenaran sebuah catatan sejarah.
Pembuktian kebenaran sebuah catatan sejarah bukan ditujukan sebagai nilai penguat posisi apapun atau siapapun dan bukan juga untuk melemahkan apapun atau siapapun. Kebenaran yang di dapat dari sebuah pembuktian catatan sejarah adalah suplemen untuk membangkitkan semangat menyongsong masa depan bangsa dan negara, agar lebih dewasa dan kuat.
Bukan barang langka lagi, manusia yang memang memiliki potensi merusak telah menjadikan catatan sejarah untuk kepentingan sebagian hal atau kelompok. Sebuah kelompok dengan
memegang satu versi catatan sejarah secara taklid buta akan menggunakan catatan sejarah tersebut untuk menghakimi kelompok lain yang memegang catatan sejarah berbeda. Begitu juga sebaliknya, akan terjadi bentuk balas dendam dengan pola yang sama.
Pembuktian kebenaran catatan sejarah memang sangat penting untuk pembangunan bangsa, namun berbagai kelompok masyarakat malah menjadikan pembuktian kebenaran catatan sejarah
sebagai ajang pertempuran kontra produktif. Kalau memang mau membuktikan kebenaran sebuah catatan sejarah, cukup simpan hasilnya sebagai dasar diri menjadi lebih dewasa untuk ikut bersama.
Ketika berbagai kelompok masyarakat selalu mempertahankan arogansi diri, menyatakan bahwa catatan sejarah yang dipegangnya yang paling benar tanpa ada aksi nyata untuk memperbaiki
kondisi bangsa, maka pembuktian kebenaran catatan sejarah menjadi tidak ada gunanya. Bahkan dapat menjadi bencana untuk bangsa.Tidak akan ada perwujudan nyata dari bhineka tunggal ika jika berbagai kelompok masyarakat teguh berdiri pada titik arogansinya masing-masing. Sebab kefanatikan, temasuk fanatik pada salah satu versi catatan sejarah hanya akan menghasilkan kebencian dan kehancuran.
Catatan sejarah termasuk salah satu hal fundamental untuk segala kajian intelektual.Tokoh intelektual adalah jembatan masyarakat untuk dapat mencapai manfaat dari berbagai catatan
sejarah. Tidak pantas jika tokoh intelektual ikut membuat keributan dan kekacauan dengan sebagian catatan sejarah sebagai senjatanya.
Tokoh intelektual sepantasnya menjadi moderator untuk menentramkan kelompok-kelompok masyarakat yang terbentur oleh catatan sejarah berbeda. Tokoh intelektual seharusnya mampu
meredam konflik pembuktian kebenaran dan pembenaran sejarah.
Beberapa hari ini, sebagian kelompok masyarakat menunjukkan ketololannya. Betapa tidak, walau berlabel sebagai intelektualis namun tetap berkutat tidak maju-maju berada pada perdebatan
catatan sejarah. Tidak ada manfaat apapun yang dihasilkan dari perdebatan menentukan kebenaran sebuah catatan sejarah tersebut, melainkan hanya membuat masing-masing dari mereka saling mengejek, mencaci dan memusuhi.
Kalau keadaan ini terus berlanjut, tidak ada kedewasaan mulai dari menyikapi sebuah catatan sejarah, bagaimana nasib pembangunan bangsa ini?
Bangsa ini tidak boleh dibangun oleh asing, anak-anak Indonesia yang memiliki hak atas tanah dan Intelektualitas bukan hanya sekedar dikeluarkan lewat perkataan dan tulisan, juga diperlukan aksi pergerakan yang nyata untuk mewujudkannya. Untuk mendapatkan nilai intelektual yang tinggi, harus dimulai dengan memasang sikap dewasa terhadap catatan sejarah.
Setelah seluruh masyarakat telah dewasa dalam menyikapi catatan sejarah kemudian berhasil mewujudkan intelektualitas, Indonesia akan memiliki sumber daya manusia yang unggul dan
bersatu. Tidak ada lagi perpecahan antar masyarakat atau pemuda. Selama masih tinggal dan berkewarganegaraan Indonesia, maka hanya kata bersatu dan membangun bangsa yang ada.
#NikmatnyaSeranganFajar
KOMENTAR ANDA