PT Pindad (Persero) bersama perusahaan pertahanan global asal Inggris, BAE Systems mengembangan sistem pertahanan teknologi informasi di Tanah Air. Pengembangan ini untuk mengantisipasi kejahatan di bidangcyber dan peretasan seiring makin tingginya angka pengguna internet di Indonesia.
Direktur Utama Pindad Silmy Karim menjelaskan, Data Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (IDSIRTII) mencatat terdapat 48,8 juta serangan cyber pada Tahun 2014. Hal ini menjadi peluang bagi Pindad untuk memaksimalkan potensi dual use of technology dalam menyediakan pertahanan berbasis teknologi informasi melalui kerja sama strategis dengan BAE Systems.
"Semakin tingginya angka pengguna internet juga harus kita waspadai adanya ancaman lebih besar ke ranah cyber. Dengan menggandeng BAE Systems yang sudah berpengalaman, kita ingin mengoptimalkan Cyber Security dengan memperketat proteksi dan pertahanan bagi aset strategis serta perekonomian nasional," kata Silmy.
Ia menjelaskan, awal mulanya internet merupakan platform komunikasi militer yang kini telah meluas penggunaannya di masyarakat. Seiring tingginya penggunaan internet, ancaman teknologi informasi di lembaga pemerintahan pun semakin tinggi.
Untuk itu, Pindad dan BAE Systems tengah mengkaji pengembangan dalam penyediaan teknologi keamanan cyber untuk diterapkan di lembaga pemerintahan dan komersil. Ke depan, Silmy mengatakan, sektor pertahanan dan keamanan cyber menjadi salah satu rencana strategis bisnis Pindad yang sebelumnya sudah menjadi penyedia perangkat keamanan, termasuk para ahli di bidang teknologi informasi.
Langkah yang dilakukan Pindad adalah merekrut sejumlah hacker (peretas jejaring internet) secara bertahap untuk bekerja sama dengan perseroan memerangi kejahatan dunia maya. "Pemerintah harus punya alat dan nggak mungkin misalnya hacker direkrut sama pemerintah. Makanya harus ada yang bina, karenanya kami sebagai BUMN akan membina mereka dan bekerja sama bidang cyber defense," ujarnya.
Silmy mengaku masih mempersiapkan kematangan para hacker di bidang cyber defense. Kebutuhan terhadap para hacker ini akan berkembang sesuai dengan tren kejahatan atau ancaman keamanan yang berkembang.
"Total sumber daya manusia yang kita siapkan bertahap. Tahap awal itu tentunya dalam tahap persiapan itu 20, 50, 100 tapi tetap melihat tren, ketika sudah ada kesepahaman antara policy maker ya kita antisipasi. Jadi kita tidak menunggu kejadian baru respons," tegasnya. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA