Perusahaan bubur kertas (pulp) PT Toba Pulp Lestari (TPL) kini masih tetap menjadikan pohon jenis Eucalyptus sebagai bahan utama pembuatan pulp yang menjadi bahan dasar kertas mereka. Tanaman produksi tersebut kini terus mereka budidayakan pada ratusan hektar kawasan konsesi yang berada dibawah hak pengelolaan mereka.
Pihak perusahaan mengakui, tanaman tersebut banyak diprotes oleh pihak-pihak yang mengaku sebagai aktivis lingkungan hidup maupun kelompok masyarakat lainnya. Namun mereka tetap ngotot untuk mempertahankan tanaman tersebut sebagai tanaman utama yang menjadi bahan baku utama produksi bubur kertas di perusahaan mereka.
Manager Environment and Sustainability PT TPL, Mangasi Sianipar mengatakan alasan utama mereka mempertahankan budidaya Eucalyptus disebabkan tanaman ini menjadi tanaman paling rendah dalam hal konsumsi air (Evapotranspirasi) untuk jenis pohon cepat tumbuh. Eucalyptus menurutnya bahkan jauh lebih hemat air dibanding tanaman cepat tumbuh lainnya seperti akasia maupun pinus.
"Dari tingkat penelitian evapotranspirasi Eucalyptus hanya 46.46 persen. Ini jauh lebih rendah dibanding Pinus 61,5 persen dan Akasia 68,8 persen," katanya, Rabu (24/2).
Selain itu terdapat beberapa faktor lain yang membuat perusahaan tetap tetap mempertahankan Eucalyptus sebagai bahan utama pembuatan pulp. Hal tersebut yakni kebutuhan air untuk dapat tumbuh dengan baik yang hanya sebesar 1.600 mm pertahun, Pinus 1.800 mm dan Akasia 2.300 mm per tahun. Meski lebih banyak dibanding kebutuhan tanaman pada hutan alam, namun hal ini menurutnya dapat terpenuhi mengingat curah hujan yang sangat tinggi di kawasan daerah Toba yakni rata-rata 2.300-2.500 mm per tahun.
"Jadi masih surplus sebenarnya," ungkapnya.
Dari hasil penelitian akademis ini, Mangasi yakin pembudidayaan tanaman Eucalyptus untuk kebutuhan pabrik mereka tidak akan menjadi pemicu kekeringan dikawasan Danau Toba.[rgu]
KOMENTAR ANDA