Sistem penerangan solar cell di sepanjang jalan Soekarno-Hatta, Binjai yang memakan APBD hingga Rp 15 miliar ternyata tak sesuai dengan yang diharapkan. Pasalnya, lampu bertenaga surya tersebut tak berfungsi dan bahkan banyak yang tak menyala lagi.
Menurut anggota DPRD Kota Binjai M.Atan, pembangunan rangkaian penerang jalan bertenaga surya ii terkesan mubazir dan tak ada gunanya.
"Kita minta lampu solar cel ini dibongkar saja, untuk apa lagi dipertahankan kalau lampunya tidak hidup disebagian jalan Sukarno-Hata, jalan Sudirman dan jalan T.Amir Hamzah kembalikan lagi seperti semula dengan lampu penerangan arus PLN" ujar anggota dewan ini dengan nada serius.
Dikatakan Atan, meski sepanjang jalan di Kota Binjai sudah dipasangi lampu penerang, namun kondisi gelap terus terjadi.
"Selama enam bulan terakhir ini jalan Sukarno-Hata kalau dilewati pada tengah malam, terkesan angker dan seram, pasalnya gelapnya jalan diseputaran itu sangat membahayakan pengunan jalan yang menaiki sepeda motor, kita tidak ingin warga dirampok, dibegal oleh penjahat, akibat adanya sekitar 60 bola lampu tersebut padam," kata dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif LSM P3H Sumut M.Jaspen Pardede melalui pers rilisnya mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun dari lapangan, ada sekitar 6.700 titik lampu penerangan jalan umum di Kota Binjai. Sedangkan pembayaran rekening listrik untuk penerangan jalan umum per bulannya diduga lebih dari Rp 1 miliar.
"Jadi jumlah yang harus dibayar pada tahun 2015, hitungan dari kami 6.700 titik dikali Rp 100 ribu, maka lebih kurang dibawah Rp 1 miliar perbulannya," ujar Jaspen.
"Terkait temuan itu, kami juga sudah surati instansi yang terkait dengan mempertanyakan berapa jumlah titik lampu penerangan jalan umum yang sebenarnya", ujar M.Jaspen Pardede. [hta]
KOMENTAR ANDA