Aksi kurang simpatik diperlihatkan oleh petugas satpol PP yang berjaga di Gerbang Kantor Gubernur Sumatera Utara saat didatangi oleh Indra Azwan (55) lansia asal Kota Malang yang selama 6 tahun terakhir terus melakukan aksi berjalan kaki keliling Indonesia menuntut keadilan atas kematian anaknya Rifky Andikan yang ditabrak oleh oknum personil kepolisian.
Para personil Satpol PP tersebut langsung menutup gerbang Kantor Gubernur Sumatera Utara saat Indra tiba dilokasi. Padahal, kedatangannya tersebut hanya untuk meminta tanda tangan dari pejabat di Kantor Gubernur pada lembar kertas yang dibawanya sebagai bukti bahwa ia sudah mengkampanyekan tuntutan keadilan dengan berjalan kaki melewati Provinsi Sumatera Utara.
"Saya heran, kenapa saya tidak dikasi masuk. Padahal saya tidak berniat jahat," katanya, Kamis (18/2).
Penutupan gerbang Kantor Gubernur oleh Satpol PP ini hanya berlangsung beberapa saat. Kedatangan sejumlah wartawan yang melakukan peliputan tentang misi perjalanan Indra Azwan membuat mereka "malu" atas tindakannya tersebut dan kemudian membuka gerbang. Indra diizinkan masuk dan disuruh menunggu di sudut halaman tepatnya dibelakang pos penjaga. Indra sendiri mengaku tidak keberatan untuk menunggu disudut halaman kantor Gubernur tersebut. Namun menurutnya, sambutan berbeda diterimanya saat tiba di Provinsi Aceh beberapa waktu lalu.
"Kalau di Kantor Gubernur Aceh saya diterima dengan baik. Ini saya juga meminta tanda tangan pejabat disana bahwa saya sudah sampai di Aceh," ungkapnya sembari menunjukkan tanda tangan pejabat Kepala Bagian TU Pemprov Aceh Zaini Zubir.
Indra Azwan menceritakan, aksi berjalan kaki keliling Indonesia ini sudah dilakukannya sejak tahun 2010 lalu. Ia mengaku merasa kecewa dengan proses hukum yang tidak berjalan terhadap oknum perwira kepolisian bernama Joko Sumantri yang menabrak anaknya pada tahun 1993 lalu di Jalan Letjend S Parman, Kota Malang. Ia mengaku kecewa karena tidak ada sanksi hukuman yang diberikan kepada yang bersangkutan padahal sudah menghilangkan nyawa seseorang.
Atas kondisi inilah ia melakukan perjalanan dengan membawa 2 spanduk bertuliskan "terima kasih Makhaman Agung yang menambah penderitaan saya 23 tahun mencari keadilan" dan " Aksi Jalan Kaki keliling indonesia Sabang-Merauke" yang selalu digantungnya di badannya sembari berjalan kaki.
"Saya hanya ingin menggugah seluruh masyarakat agar mau turun ke jalan menuntut keadilan. Karena saya yakin banyak orang kecil tertindas seperti saya akibat hukum Indonesia yang hanya Tajam Kebawah tapi Tumpul Ke atas," ujarnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA