post image
KOMENTAR
Pendiri Museum Sejarah Pers Medan sekaligus Ketua Prodi Antropologi Sosial (Ansos) Pasca Sarjana Unimed Phil Ichwan Azhari menyesalkan pemerintah, khususnya Pemerintah Kota (Pemko) Medan tidak perduli dengan Museum Sejarah Pers.

Sehingga menyebabkan, masyarakat Kota Medan banyak yang tidak mengetahui keberadaannya.

"Padahal, museum Sejarah Pers Medan ini merupakan museum satu-satunya di Kota Medan dan sudah cukup lama berdiri. Tapi mau bagaimana lagi, jangankan museum pers, bahkan museum sejarah Medan pun Pemko tidak punya. Pemerintah (Sumut dan pusat) bertahun-tahun tidak perduli pada sejarah pers. Ini terbukti dengan mati surinya Museum Pers Sumut yang awalnya didirikan Muhammad TWH. Jadi, kita maklumi juga masyarakat banyak yang tidak tahu," Phil Ichwan yang juga sebagai pemerhati sejarah ini kepada Medanbagus.com, Jumat (12/2).

Dia mengungkapkan, selain kurangnya perhatian pemerintah, budaya membaca anak-anak muda terutama usia sekolah juga sudah berkurang.

"Hanya anak-anak mahasiswa jurusan jurnalistik, bahasa dan sejarah yang mengetahuinya," ucapnya.

Karena alasan itulah, Phil Ichwan akhirnya, merintis kembali museum tersebut pada tahun 1995, dengan dasar pada fakta kayanya sejarah pers di Medan dan Sumut, dimana antara tahun 1886 sampai 1942 sebagaimana dicatat Mohammad Said, terdapat 133 penerbitan di daerah ini yang tidak bisa ditandingi kota-kota manapun di Asia Tenggara.

"Museum ini dirintis, karena pemerintah khususnya Pemerintah Kota (Pemko) Medan tidak berminat mendirikan museum seperti ini. Saya mulai mengumpulkan koran-koran lama dalam bentuk digital dan sebagian lagi bentuk aslinya yang disimpan di Belanda dan Jerman. Saat itu saya sedang pendidikan di Studi Sejarah Universitas Hamburg. Koleksi ini kemudian diperkaya dengan pengumpulan dan penelusuran di berbagai kota seperti Jakarta, Jogyakarta, Solo dan Bandung," jelasnya.

Dia memabahkan,  surat kabar yang dikoleksi memusatkan perhatian pada semua yang pernah terbit di Medan dan kota-kota lain di Sumut yang bisa diselamatkan, koleksi mula-mula pada era kolonialisme (1886-1945), kemudian koleksi bertambah pasca kemerdekaan 1945 sampai 1980 an. Koleksi-koleksi ini pernah dimuat dibeberapa surat kabar dan di media televisi nasional.

Atas dasar kepedulian itulah, Phil Ichwan merintis Museum Sejarah Pers Medan ini, karena dalam sejarah pers tersimpan data sejarah politik suatu bangsa, sejarah agama-budaya-sosial-ekonomi, sejarah pemikiran bahkan sejarah alam yang sangat kaya. Untuk sementara, Museum Sejarah Pers Medan rintisan ini, menumpang di Aula ukuran 10x18 meter (m) Museum Situs Kota Lama yang terletak di Jl Kota China No 65 Medan Marelan.

"Seluruh koleksi dapat diakses siapapun dan juga dapat dimiliki dalam bentuk re pro atau di copy. Jam buka Museum dari Senin-Sabtu, pukul 09.00 Wib-17.00 Wib. Direncanakan koleksi juga akan dapat diakses secara online," tukasnya.[rgu]

Tak Ada Niat Baik Selesaikan Sengketa, Yayasan Pendidikan Al Hidayah Permainkan Warga

Sebelumnya

Pembatalan Kenaikan UKT oleh Menteri Nadiem Tidak Menyelesaikan Masalah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Pendidikan