Seharian kemarin, kabar pesawat Garuda Indonesia yang nyaris tabrakan dengan Lion Air di langit Bali ramai diberitakan media online dan dibahas netizen. Dua pesawat itu berpapasan hanya dengan selisih jarak 120 meter saat berputar-putar menunggu jadwal mendarat di Bandara Ngurah Rai Bali.
Kabar ini pertama kali diberitakan oleh media online, yang membuat berita berdasarkan cerita salah seorang penumpang yang mengalami langsung kejadian ini.
Dilaporkan seorang penumpang Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA340 rute Surabaya-Denpasar menceritakan bahwa pesawat yang ditumpanginya sangat berdekatan dengan pesawat Lion Air JT 960 Bandung-Denpasar. Sehingga seakan-akan nyaris bertabrakan. Kejadian itu terjadi sekitar pukul 14.00 Wita saat cuaca sedang buruk. Setelah berita ini diturunkan, netizen meresponsnya dengan menyebar kabar tersebut.
Dari pantauan flighradar24.com, situs yang merekam perjalanan pesawat, diketahui awalnya pesawat Lion sedang berputar-putar di perairan di sebelah selatan Pulau Bali, tepatnya di Negara dan Pulukan. Pesawat ini dalam posisi holding atau menunggu antrean untuk mendarat, baru setelah itu datang pesawat Garuda ikut berputar-putar.
Kedua pesawat berputar beberapa kali meninggalkan jejak lingkaran. Gambar di situs ini menunjukkan pukul 14:27 WITA Garuda GA 340 terbang ke arah utara pada ketinggian 16.300 kaki, menurun 612 kaki/menit, dan kecepatan 501 km/jam. Sementara Lion Air terbang ke arah selatan pada ketinggian 15.900 kaki, menurun 512 kaki/menit, dan kecepatan 524 km/jam. Mengingat kecepatan relatif kedua pesawat itu mendekat adalah di atas 1.000 km/jam maka malapetaka dihindari dengan sisa waktu kurang lebih 10 detik.
Menurut standar penerbangan internasional, pesawat terbang di udara harus dipisahkan paling sedikit 1.000 kaki secara vertical dan 5.5 km (3 mil laut) secara horizontal. Kekurangan pemisahan di bawah itu dikategorikan "near miss", atau hampir tabrakan. Jika selisih kurang dari jarak aman, maka alarm di kokpit akan berbunyi. Adapun dalam pantauan flighradar24.com, selisih dua pesawat itu hanya 400 kaki atau 121 meter.
Setelah kejadian, Lion Air JT 960 mendarat dengan selamat di Bandara Ngurah Rai pada pukul 15:01 WITA, sementara Garuda GA 340 memutuskan kembali ke Bandara Juanda di Surabaya sambil menunggu kondisi cuaca dan lalu lintas udara membaik. Akhirnya GA 340 berangkat kembali pukul 15:26 WIB dan mendarat tanpa insiden di Bandara Ngurah Rai pukul 16:59 WITA.
Pakar penerbangan Gerry Soejatman membahas insiden "nyaris tabrakan" tersebut di webblog miliknya, gerryairways.com. Dia bilang, jika menganalisis kejadian nyaris tabrakan lewat flighradar24.com, memang seru.
"Tetapi untuk menggunakannya sebagai analisa nyaris tabrakan sagat berpotensi untuk misleading," tulis Gerry.
Meski begitu, dari hasil analisanya menggunakan aplikasi yang lebih canggih, diketahui bahwa jarak selisih dua pesawat tersebut adalah 400 kaki, atau sekitar 121 meter. "Tetapi saya tahu kelemahan data ini," ujarnya.
Direktur Operasi AirNav Indonesia, otoritas yang mengatur lalu lintas di udara Wisnu Darjono mengatakan, pesawat Garuda Indonesia GA 340 dan Lion Air JT 960 berada di posisi yang aman dan tidak nyaris tabrakan di langit Bali seperti disaksikan seorang penumpang pesawat. "Nggak nyaris tabrakan, itu pesawat dua-duanya holding dalam rangka mau mendarat," ujar Wisnu seperti dilansir media online. Meskipun demikian, Wisnu memastikan pihaknya akan menginvestigasi kejadian tersebut.
Sementara Garuda tidak membantah atau menepis kabar nyaris tabrakan tersebut. Pejabat humas Garuda Denpasar Syamsuddin hanya menepis kabar yang menyebut pesawat Garuda kembali ke Surabaya lantaran nyaris tabrakan.
"Pesawat Garuda tidak jadi mendarat di Ngurah Rai Denpasar karena kondisi cuaca buruk dengan hujan deras yang menutup pandangan mata," kata Syamsuddin, kemarin.
Ihwal dugaan nyaris tabrakan, menurut Syamsuddin, sedang diinvestigasi oleh kantor pusat Garuda dengan melibatkan Airnav. Dia pun belum menerima keluhan maupun informasi dari para penumpang mengenai kejadian itu.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA