Dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional yang diperingati setiap 9 februari, Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (Pussis-Unimed) bekerjasama dengan Museum Sejarah Pers Medan serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan menggelar acara pameran 130 tahun surat kabar dan majalah yang terbit di Medan (1986-2016), Selasa (9/2) di Gedung Digital Library lantai 1 Unimed.
Ketua Panitia Phil Ichwan Azhari kepada sejumlah wartawan, Selasa (9/2) mengatakan, pameran ini merupakan memantapkan momentum Hari Pers Nasional. Acara ini mengingatkan bahwa Pers memiliki sejarah panjang dan mengkonstruksi bangsa ini, sementara selama ini hari pers hanya diperingati dengan sekedar pidato-pidato dan seminar-seminar tokoh belaka.
"Sehingga kita berinisiatif menggelar acara ini. Sedikitnya Pussis-Unimed memamerkan 80 surat kabar dan majalah yang terbit di Medan sejak 1886, hasil penelusuran baik berupa repro maupun asli berasal dari Belanda, Jerman dan juga berbagai kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, Jogjakarta dan Solo). Pameran berlangsung Selasa-Kamis (9-11 Februari 2016)," ujarnya.
Dalam hal ini, lanjut Phil Ichwan yang juga sebagai pemerhati sejarah ini, pers menjadi jembatan antara dunia tradisional dan modern ke Indonesia an dan dipamerkan disini. Sebelum mengadakan acara ini tidak ada universitas yang tertarik memamerkan koran dan majalah-majalah tempo dulu, hingga akhirnya hanya Unimed yang bersedia.
"Kebetulan saya juga pernah berkecimpung didunia pers sebelum menjadi akademisi di Unimed, dan sempat mengambil pendidikan di luar negeri, setelah kembali ternyata sudah banyak koran-koran baru yang lahir, sehingga muncul ide-ide ini dan akhirnya bisa mengadakan acara ini di Unimed," ucapnya.
Apalagi, kata Ketua Prodi Antropologi Sosial (Ansos) Pasca Sarjana Unimed ini, banyak koran-koran yang sudah kearah spesifik seperti kriminal, alam, bisnis dan sebagainya, bukan lagi hanya nasional dan politik semata. Kita juga sudah mencari koran-koran terbitan pertama, namun banyak yang tidak ditemui lagi. Jika tidak dilakukan penyelamatan maka kita akan kehilangan banyak sejarah tentang media massa ini," katanya.
Sementara itu, Rektor Unimed Prof DR Syahwal Gultom MPd mengatakan, acara pameran tersebut bisa menjadi rujukan untuk insan pers dalam berkarir, karena diangkat kembali sejarah-sejarah surat kabar di Sumut sejak dari pertama terbit.
"Saya optimis surat kabar tidak akan punah dan tidak akan kalah dibandingkan online. Karena online unggulnya dipercepatan, sedangkan surat kabar lebih kearah pendalaman," tukasnya.
Dalam acara tersebut juga ditampilkan berbagai surat kabar terbitan di Sumut sejak pertama kali terbit, seperti Surat kabar Moetiara edisi tahun 1936, Andalas edisi tahun 1923, Pantjaran Berita edisi tahun 1926, Soeara-Bondjol edisi tahun 1920 dan sebagainya. Selain itu juga sejarah mengenai beberapa tokoh pers di Sumut pada tahun 1902-1961, diantaranya Dja Parlagoetan merupakan pemimpin redaksi "oetoesan Soematra" Medan 1925-1928, Mahmud Nasution redaktur harian "Pewarta Deli" yang terbit tahun 1945, yang getol menghantam sekutu, kemudian A Wahab Siregar wakil pemimpin redaksi harian mimbar umum yang terbit tahun 1945 dan tidak terbit lagi setelah mengungsi ke Bukit Tinggi, Syamsudin Manan wakil pemimpin redaksi harian mimbar sejak 1947 hingga akhir hayatnya, Arif Lubis tokoh pers 3 jaman pendiri Harian Mimbar Umum serta pemimpin redaksi 1947-1975, Zahari pemimpin umum redaksi majalah berita "Waktoe" pertama di Indonesia terbit 19 Desember 1947 membawa suara republikein kemudian menerbitkan harian "Warta Berita".[rgu]
KOMENTAR ANDA