Kelompok ISIS (Negara Islam Irak Syuria) Asia berusaha menunjukkan eksistensinya. Lewat video yang disebarkan di internet, mereka memamerkan sejumlah pasukan yang tengah berlatih tempur di medan perang.
Video itu dirilis lewat sebuah akun jejaring sosial google+. Dalam video berdurasi 10 menit itu, tampak 30-an orang tengah berada di kamp di sebuah hutan. Rata-rata, orang-orang berwajah melayu ini mengenakan seragam ala militer corak digital multicam warna hijau. Ada beberapa orang tengah berlatih perang. Beberapa orang lainnya memberi instruksi. Satu di antara pemberi instruksi di posisi paling depan adalah Abu Ibrahim Al Indunisy atau yang dikenal sebagai Bachrumsyah. Bachrum tampak gondrong. 2 HT terselip di kanan dan kirinya.
Sebelumnya, Bachrum juga pernah muncul lewat video. Saat itu, Bachrum yang memakai baju dan ikat kepala hitam mengajak rakyat Indonesia untuk bergabung dengan ISIS. Latar belakang pengambilan video itu ada di pantai. Dalam video yang diunggah Agustus 2015, Bachrum tampak memberi instruksi kepada anak buahnya untuk bertempur. Kamp lokasi pelatihan ini kabarnya ada di sekitar Raqa, Suriah dan dikhususkan bagi ISIS asal Indonesia dan Malaysia bersama keluarganya. Bachrum disebut sebagai satu dari tiga pentolan ISIS Indonesia di Suriah. Dua lainnya, Bahrun Naim atau Abu Aisyah yang disebut polisi ahli IT dan Abu Jandal yang pernah mengancam Panglima TNI, juga melalui video. ISIS Indonesia ini disebut sebagai yang bertanggung jawab atas insiden serangan Thamrin, 14 Januari lalu.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan, Bachrumsyah berperan sebagai penyokong dana dalam teror Thamrin. Dia disebut mentransfer sejumlah dana. Salah satunya sebesar Rp 1 miliar untuk menggerakkan teror itu.
Sementara Bahrun Naim disebut ahli propaganda serta informasi dan teknologi yang berkomunikasi dengan para pelaku. "Bahrun ini yang aktif komunikasi dengan simpatisan ISIS di Indonesia," ujarnya. Mereka, kata Badrodin, sama-sama mempunyai jaringan berupa sel-sel kecil yang saling tidak mengetahui satu sama lain. Sehingga, bila satu jaringan terbongkar, maka jaringan lainnya tidak akan terlibat.
Mabes Polri mengaku sudah melihat video itu. Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan membenarkan, video itu diambil di kawasan perang.
"Dari yang kami lihat video ini berada di daerah perang," ujarnya, di Mabes Polri, kemarin.
Anton mengatakan, video yang beredar itu bisa menjadi petunjuk bahwa para pelaku memang tidak berada di Indonesia, melainkan di Suriah, seperti yang selama ini diperkirakan. "Barangkali (video ini) bisa jadi petunjuk bahwa yang bersangkutan ada di Suriah. Dari hasil intelijen, yang bersangkutan ada di Suriah," jelasnya.
Sementara, Menko Polhukam Luhut Panjaitan menyatakan, pemerintah menemukan ada dana teroris hampir Rp 7 miliar yang dikirim dari Australia. Namun, uang itu bukan untuk aksi di Thamrin. Sayang, Luhut tak mau menjelaskan lebih jauh dana itu untuk aksi teror mana. Yang pasti, pemerintah terus menelusuri jaringan bom Thamrin. Salah satunya, dugaan adanya komunikasi antara terduga 'otak' teror bom Thamrin, yakni Bahrun Naim dengan terpidana kasus terorisme Aman Abdurrahman di Nusakambangan.
"Ada cerita Bahrun Naim begitu canggih, atau ada kontak dengan Aman di Nusakambangan. Kami sedang selidiki," ungkap Luhut saat rakor terbatas bersama Menkumham dan Mensos di kantornya, kemarin.
Menkumham Yasonna Laoly membenarkan, ada komunikasi kedua orang itu. Dia mencurigai pesan dari Bahrun Naim yang berada di Suriah disampaikan melalui orang-orang yang menjenguk Aman di Nusakambangan. Begitu juga sebaliknya. "Mereka melalui tamu dan keluarga," ungkap Yasonna.
Dia memastikan, pihak LP sudah menggunakan teknologi jamming signal atau teknologi penghilang sinyal ponsel yang dipasangkan di lapas untuk mengantisipasi bila ada komunikasi yang dilakukan terpidana melalui alat telekomunikasi. "Kami kerjasama dengan jammer. Jadi kalau ada teknologi yang lebih mampu (menembusnya) ya saya nggak tahu," ujarnya. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA