post image
KOMENTAR
Sikap Menristekdikti M Nasir yang melarang kelompok lesbi, gay, biseks dan transgender (LGBT) beraktivitas di dalam kampus bikin gaduh dunia maya. Sebagian netizen mendukung langkah tersebut. Sebagian lagi menolak, bahkan sampai ada yang mengeluarkan petisi.

Sikap Nasir ini menanggapi keberadaan Support Group and Resource Center on Sexualitty Studies (SGRC) yang ada di Universitas Indonesia (UI). Ini semacam lembaga studi ekstra kampus yang menawarkan konseling bagi kelompok LGBT. Nah, menurut Nasir, SGRC tidak diakui oleh UI dan karena alasan itu, aktivitas mereka dilarang. Secara umum, Nasir pun melarang kelompok LGBT beraktivitas di lingkungan kampus. "Saya melarang di semua perguruan tinggi yang berada di bawah kemenristekdikti," kata Nasi, kemarin.

Menurut dia, keberadaan LGBT tidak sesuai dengan norma dan kesusilaan yang ada di masyarakat. "Kampus harus bisa menjaga nilai-nilai kesusilaan," ujarnya.

Keberadaan SGRC ini ramai di dunia maya. Pasalnya, lembaga ini dituduh sebagai komunitas LGBT. Para pegiat dan anggota lembaga ini pun jadi sasaran intimidasi dan teror di media sosial dan lingkungan. Koordinator Keuangan SGRC Nadya Karima Melati heran, keberadaan komunitasnya dianggap lebih mengancam daripada narkoba dan terorisme. "Padahal kami cuma komunitas yang memberikan layanan pengetahuan seksualitas dan gender remaja," tulis Nadya di laman Facebook miliknya, kemarin.

Dia menolak keberadaan SGRC dikerdilkan sebagai komunitas LGBT. "Kelompok kajian kami, SGRC-UI, memiliki struktur organisasi yang jelas, mission statement dan timeline kegiatan," katanya.

Fanpage resmi SGRC menyebutkan dirinya sebagai komunitas atau kelompok kajian yang dibangun secara otonom yang fokus membahas isu gender dan seksualitas secara luas. Ada pun kegiatannya antara lain konseling, dengan tujuan mencerdaskan publik sekaligus sebagai coping mechanism bagi teman-teman yang merasa tertekan karena preferensi seksual yang berbeda. Kegiatan konseling itu disebut tidak memiliki muatan politik, dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan juga disajikan dalam berbagai perspektif keilmuan.

Kepala Humas UI, Rifelly Dewi Astuti menyatakan, pihaknya tidak bertanggungjawab dengan segala aktivitas SGRC. Pasalnya, lembaga itu disebut tidak memiliki izin resmi sebagai Pusat Studi/Unit Kegiatan Mahasiswa/Organisasi Kemahasiswaan baik di tingkat fakultas maupun universitas. "Dengan tegas UI menyatakan SGRC tidak berhak menggunakan nama dan logo UI pada segala bentuk aktivitasnya," kata Rifelly, kemarin. Dalam websitenya, SGRC memang mencantumkan nama UI di belakang nama organisasinya. Dalam logo SGCR juga mencantumkan logo makara UI.

Di dunia maya, sikap menteri Nasir ini menuai polemik. Berita-berita terkait ramai dikomentari. Di laman media online, sampai tadi malam sudah ada 250 komentar, kebanyakan terjadi perdebatan sengit. Sebanyak 1.995 pengguna membagikan berita tersebut di laman Facebook miliknya masing-masing. Sebagian netizen mendukung penuh sikap tersebut. "Mau menristek, mau pangkopkamtib kek kalau melarang kaum gak jelas begitu, ane dukung," ujar @fandiAhmad. "Kacau nih menristek. Ndak bisa bedakan budaya dan psikologis orang. LGBT itu bukan budaya tapi faktor psikologis, kok dilarang oleh institusi. Kacau, deh," timpal @kenny23. "Harus dilarang biar gak berkembang," sambar Abiku.

Di jagat Twitter juga berseliweran cuitan yang mengecam omongan Menteri Nasir. Sampai-sampai ada netizen yang bikin petisi agar pernyataan LGBT merusak moral bangsa dan pelarangan masuk kampus dicabut. Pembuat petisi bernama Poedjiati Tan. Menurutnya, setiap warga berhak mendapatkan pengajaran.

"Pelarangan LGBT masuk kampus sangatlah tidak sesuai dengan hakikat pendidikan," ucapnya. Sampai tadi malam, petisi ini sudah diparaf 933 pendukung. Sementara Firmansyah sangat menyayangkan sikap menteri Nasir. "Beliau harusnya berpendidikan, namun sayang beribu sayang tidak mampu memahami LGBT secara utuh dan purna. Persepsi yang digunakan beliau adalah sekat dalam konsep agama, bukan manusia. Lantas, dimana sisi kemanusiaan dari seorang Menteri?," tulisnya. [hta/rmol]

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas