post image
KOMENTAR
MEMANG, manusia harus bisa mempertahankan diri untuk tetap hidup. Mempertahankan diri adalah perilaku yang wajar untuk setiap manusia. Namun aksi mempertahankan diri ini bukan menjadi alasan setiap manusia untuk semena-mena menyisihkan dan membumihanguskan sesuatu yang dianggap mengganggu stabilitas hidupnya.

Jika cara mempertahankan hidupnya dengan menggunakan hal-hal yang dapat merugikan pertahanan hidup manusia lain, maka itu justru bentuk dari ketidakmampuan dalam bertahan hidup. Jadi, manusia bisa saling bertahan hidup tanpa harus saling menyisihkan dan membumihanguskan manusia tak bersalah lainnya, manusia bukan binatang buas.

Entah kebetulan atau memang disengaja, pemberitaan tentang GAFATAR merebak setelah pemberitaan teroris kurang mendapatkan perhatian lagi. Pemberitaan di negeri ini sangat membosankan, membuat kegaduhan, dan menghambat kemampuan berpikir masyarakat. Seakan pemberitaan dewasa ini sudah dipesan oleh pihak yang berkepentingan. Berita-berita seperti pengalihan isu, penggiringan kelompok tertentu menjadi sesuatu yang sesat dan jahat, dan memberikan aroma untuk pejabat adalah hal yang selalu dijumpai.

Terkait GAFATAR, pemberitaan di berbagai media kian seirama dengan sikap pemerintah. Pernyataan tersebut sekaligus menegasikan bahwa media yang tidak seirama dengan sikap pemerintah harus berhati-hati, bisa dicap sesat juga.    

Salah apa GAFATAR sampai dicap sesat?
Apakah karena GAFATAR tidak seirama dengan kebijakan pemerintah?

Sampai sekarang, tidak ditemukan apa yang menyebabkan terbentuknya stigma yang menyatakan bahwa GAFATAR adalah kelompok masyarakat yang sesat. Salah satu lembaga yang mewakili pemerintah, lembaga ahli ilmu katanya, mengeluarkan fatwa bahwa GAFATAR sesat dan tidak diikuti dengan penjelasan yang dapat membuktikan itu sesat.

Reaksi pemerintah selalu represif, tidak memiliki cara yang lebih elegan dan indah untuk menyelesaikan sebuah masalah. Kalau hanya bisa menggunakan pendekatan represif untuk menyelesaikan sebuah masalah, bukankah itu salah satu bentuk dari kebuntuan berpikir?

Bak perangko yang selalu akur dan menempel pada sampul surat, berbagai media pemberitaan yang bisa dikatakan tidak bertanggung jawab serupa represifnya dengan pemerintah. Demi mendapatkan pemirsa dan pembaca yang banyak, sanggup menggadaikan diri dengan selalu mengikuti arus yang dibuat pemerintah.

Tidak sedikit media-media baik berbasis televisi, koran, hingga online (internet) ikut serta memberikan cap sesat ke GAFATAR. Mengikuti pemerintah, pemberian cap sesat oleh media juga tanpa penjelasan tentang hal apa yang menjadikan GAFATAR terstigma sesat.

Kalau mulai dari pemerintah hingga media pemberitaan menggunakan pendekatan represif untuk menanggapi dan menyelesaikan masalah, maka apa yang dapat menjadi pegangan masyarakat untuk hidup bernegara? Rasa-rasanya, sudah jelas mengapa masyarakat di Kalimantan Barat bertindak represif kepada kelompok GAFATAR.

Permasalahan antara GAFATAR, media, dan pemerintah ini adalah sebuah bentuk dari dilema pertahanan hidup. GAFATAR ingin bertahan hidup dengan segenap pemikiran dan gagasannya, pemerintah ingin bertahan hidup dengan selalu menguasai wacana di Indonesia, dan media juga ingin bertahan hidup dengan  menguatkan wacana yang dinaikkan pemerintah.

 Lalu kenapa peristiwa yang terjadi saat ini mengarah kepada hal yang mengandung makna bahwa pemerintah dan media bertahan hidup dengan menyisihkan kebertahanan hidup GAFATAR? Bukankah untuk sesama manusia, dalam mempertahankan hidup tidak boleh tanpa dasar yang kuat saling menyisihkan dan membumihanguskan? Bukankah yang seperti itu adalah binatang?

Kalau memang pemerintah hari ini memberikan penguatan wacana yang mengarah pada kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, kenapa harus takut terkalahkan oleh wacana, pemikiran dan gagasan GAFATAR? Pemerintah mesti menunjukkan kenapa GAFATAR dikatakan sesat, jangan hanya asal tunjuk hidung untuk memberikan cap sesat.

Jika begini, maka bisa saja organisasi-organisasi yang memiliki wacana, pemikiran dan gagasan yang berorientasi membangun Indonesia sejahtera yang  bertentangan dengan wacana pemegang kekuasaan akan ikut dicap sebagai kelompok sesat. Jadi tidak heran jika tidak ada lagi kelompok-kelompok masyarakat dan mahasiswa yang dengan nada lantang mengkritisi masalah-masalah strategis di negeri ini, takut dicap sesat juga mungkin.

Jika memang ini yang benar-benar terjadi, maka Indonesia hari ini adalah sesat, sesat karena rakyatnya tidak berani mengambil langkah berani dengan gagasan dan pemikiran kuat, sesat karena takut dicap sesat.
    
#NikmatnyaSeranganFajar

Jutaan Umat Islam Indonesia Telah Bersatu Dalam Gerakan Masif, Tak Pernah Disangka

Sebelumnya

Ketergilasan Gerakan Masif Jutaan Umat Islam Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Serangan Fajar