Badan Pelaksana-Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba (BP-BKPEKDT) mengapresiasi rencana lima menteri dalam membangun destinasi wisata Danau Toba. Terutama rencana Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli terkait pembentukan Badan Otoritas Danau Toba.
"Pembangunan destinasi wisata Danau Toba sudah kita tunggu-tunggu sejak dulu, namun baru kali ini terlaksana, kita yakin ini akan terwujud," kata Ketua BP-BKPEKDT Ardhi Kusno, Kamis (14/1).
Sebatas ini, lanjutnya, tupoksi BP-BKPEKDT hanya mengelola lingkungan atau ekosistem di daerah Danau Toba, terutama di tujuh kabupaten/kota yakni tujuh di hulu dan dua di hilir diantaranya Samosir, Simalungun, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi dan Karo. Sementara di Hilir adalah Asahan dan Tanjung Balai.
Selama ini, program lingkungan ini kita koordinasikan dengan Bupati melalui perpanjangan tangan kita seperti LO dan Bappeda setempat, yakni berupa kebijakan apa yang akan dilaksanakan dalam rangka mengurangi tingkat kecemaran air di Danau Toba, dan bagaimana mengurangi lahan-lahan kritis.
"Masing-masing daerah ini adalah yang paling diutamakan karena memberikan anggaran. Dan kami hanya memberikan percontohan saja, seperti membersihkan eceng gondok di daerah dermaga atau pengendalian sampah di daerah sentral wisata. Kalau urusan pariwisata bukan domain kita lagi," ujar Ardhi.
Sedangkan dalam pengendalian sampah rumah tangga, perhotelan dan ternak, BP-BKPEKDT biasanya setiap tahunnya mengundang forum perhotelan, dan forum perkapalan untuk membahas permasalahan-permasalahan tersebut.
"Kita mengajak pihak hotel bermitra agar menggunakan tanaman organik yang hasilnya juga dijual ke hotel. Kita berikan percontohan berupa demplot tanaman organik seluas 2,5 rante. Kemudian, diterapkan kepada petani agar bersedia menanam tanaman organik dilahan mereka masing-masing, dengan diberikan bantuan berupa bibit, benih organik, pupuk organik dan sebagainya. Dengan begitu mereka tidak lagi menggunakan pupuk urea dan pestisida. Upaya-upaya seperti inilah yang diterapkan, sehingga dapat mengurangi pencemaran ke Danau Toba," kata Ardhi.
Kemudian, dari segi pencemaran lingkungan yang berasal dari ternak. Pihaknya, juga membuat demplot rumput gajah untuk pakan ternak, dengan harapan agar ternak kerbau tidak dilepaskan ke sembarang tempat. Upaya Ini terbukti dapat meminimalisir pencemaran lingkungan di Danau Toba.
Selain itu, BP-BKPEKDT juga bekerjasama dengan pihak sekolah terutama SMA, agar anak-anak sekolah cinta terhadap Danau Toba dan dapat menanam tanaman sebagai penghijauan di sekitar Danau Toba.
Ardhi menambahkan, untuk sampah rumah tangga, pihaknya bekerja sama dengan BLH berencana membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Comunal. Namun, ini masih tahapan pendataan. IPAL Communal sistemnya mengolah limbah rumah tangga, setelah airnya bersih, kemudian disalurkan ke Danau Toba.
"Jika konsep ini berjalan maka sekitar lima rumah tangga akan dijadikan satu, sehingga dapat mencegah limbah masuk ke Danau Toba. Inilah rencana-rencana kita, sebagian sudah kita kerjakan, dan semoga semuanya dapat berjalan lancar," tukasnya. [hta]
KOMENTAR ANDA