Para atlit panjat tebing di Sumatera Utara mengeluhkan minimnya sarana dan prasarana sebagai tempat mereka berlatih meningkatkan kemampuan. Selain itu, minimnya kompetisi juga memicu semakin sulitnya para atlit panjat tebing untuk menambah jam terbang dalam ajang kompetisi.
Salah seorang atlit panjat tebing Sumut, Idham Aulia mengatakan kondisi ini membuat prestasi olah raga panjat tebing Sumatera Utara semakin merosot. Salah satu indikasinya adalah tidak adanya medali yang diperoleh dari cabang ini saat berlangsungnya Porwil Sumatera pada November 2015 lalu di Bangka Belitung.
"Even di daerah sangat minim, hal ini membuat geliat olah raga ini sangat minim. Pengurus FPTI harusnya menggiatkan kejuaraan rutin agar semua klub-klub tetap giat berlatih," katanya, Selasa (12/1).
Idham menjelaskan, minimnya kegiatan ini juga berimbas pada minimnya bibit-bibit pemanjat tebing yang muncul di Sumatera Utara. Satu-satunya ajang bergelut bagi orang-orang yang ingin menekuni dunia panjat tebing hanya UKM MAPALA yang terkonsentrasi pada kampus-kampus.
"Tapi itupun tidak maksimal karena tidak adanya agenda rutin kejuaraan panjat tebing," ungkapnya.
Hal senada disampaikan Pengurus Cabang Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kota Medan, Junaidi. Menurutnya saat ini mereka hanya terkonsentrasi pada pembinaan atlit pada club-club yang berbasis pada UKM MAPALA. Ia mengakui sarana dan prasarana menjadi kendala terbesar selain agenda rutin yang harusnya digelar.
"Terus terang dukugan terhadap atlit kita sangat kurang karena sarana dan prasarana juga rata-rata tidak sesuai standart nasional," demikian Junaidi.[rgu]
KOMENTAR ANDA