post image
KOMENTAR
Bila mengunjungi Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, tidak lengkap bila tidak mengunjungi salah satu kampung adat yang terletak di desa Rambitan, Kecamatan Jumputan, Kabupaten Lombok Tengah yang berjarak sekitar 15 menit dari Bandara Internasional Lombok.

Kampung adat yang bernama Sade ini terbilang unik, karena seluruh warganya masih mempertahankan tradisi dan budaya suku Sasak baik dari segi aktifitas keseharian, bangunan, maupun perkawinan.

Menurut salah satu pemuda di Kampung Sade, mereka yang tinggal saat ini adalah generasi ke-15, dengan jumlah rumah sekitar 144 rumah. Rumah di Sade memiliki bentuk yang hampir sama terbuat dari kayu dengan atap rumbia, dimana bagian depan rumah pintunya dibuat rendah dan bagian tengah rumah menjulang tinggi.

"Bagian pintu depan dibuat rendah agar tamu menunduk sebagai tanda menghormati yang punya rumah," jelas salah satu pemandu yang mengantarkan RMOL memasuki salah satu rumah adat.

Salah satu rumah adat yang paling tua di Desa Sade terbuat dari kotoran kerbau, dan untuk mengepel bagian lantai ataupun tembok digunakan kotoran kerbau karena tidak menggunakan semen untuk lantainya. Bahkan bila ada yang retak cukup dilumuri dengan kotoran kerbau agar merekat kembali.

"Hampir seluruh anak muda di kampung kami menikah dengan saudara sendiri, seperti sepupu atau misan. Karena jika menikah dengan warga di luar kampung maka harus mengeluarkan biaya menikah yang sangat mahal," jelas pemandu.

Hal unik lainnya adalah, masyarakat Kampung Sade terkenal dengan tradisi Kawin Culik yakni setiap pemuda yang ingin menikah wanita pujaan hatinya maka harus menculik calon mempelai wanitanya selama satu malam, kemudian keesokan harinya, salah seorang perwakilan dari calon mempelai laki-laki mendatangi keluarga calon mempelai wanita sebagai utusan untuk melaporkan penculikan itu.

"Dengan menculik anak gadis itu, maka keluarga atau orang tua calon mempelai wanita akan merasa terhormat, dan bila dilamar malah akan merasa terhina," jelas salah satu pemuda Desa Sade lainnya.

Bila berjalan memasuki Desa Sade melalui jalanan kecil berlapis tanah, tampak berjejer aneka ragam kerajinan tangan berupa kalung, anting, gelang, gantungan kunci, kain tenun, dan lain-lainnya. Juga tampak beberapa ibu sedang membuat kain tenunan dari bahan yang terdapat di sekitar Desa Sade.

"Setiap anak gadis disini harus bisa menenun, karena tidak ada mata pencarian lain selain menenun. Sementara para lelaki pergi bertani yang mana panennya hanya setahun sekali karena sistem tadah hujan, atau pergi berladang," jelas Pemandu Desa Sade. [hta/rmol]



Bank Sumut Kembalikan Fitrah Pembangunan, Kembangkan Potensi yang Belum Tergali

Sebelumnya

Berhasil Kumpulkan Dana Rp 30 Juta, Pemkot Palembang Sumbang Untuk Beli APD Tenaga Medis

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ragam