post image
KOMENTAR
Memang sejumlah ancaman teror bom yang ditujukan pada hari Natal 25 Desember lalu tidak terbukti, namun bukan berarti rencana teroris menggelar 'konser' pada akhir tahun batal.

Berikut ini pemaparan Kepala BIN Letjen (Purn) Sutiyoso terkait kemungkinan ancaman teror.

Sebenarnya seberapa se­rius sih ancaman terorisme jelang natal dan tahun baru kali ini?
Begini, rangkaian ancaman aksi terorisme yang terjadi se­lama 2015, telah mengindikasi­kan masih eksisnya jaringan kelompok terorisme, terutama jaringan kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pimpi­nan Abu Santoso di Poso, serta simpatisan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia. Maka untuk mengantisipasi potensi ancaman keamanan menjelang peringatan Hari Natal 2015, dan perayaan Tahun Baru 2016, BIN bersama seluruh Komunitas Intelijen Negara, baik Komite Intelijen Pusat (Kominpus) dan Komite Intelijen Daerah (Kominda) te­lah meningkatkan fungsi deteksi dini (early detection), koordi­nasi, komunikasi, sinergisasi dan sinkronisasi penyelenggaraan sistem keamanan nasional.

Mereka (teroris) sebelum­nya sempat dilaporkan sudah rakit bom untuk konser besar di Hari Natal. Tapi ancaman itu tidak terbukti. Apa yang dilakukan BIN?

Semua aktivitas kelompok teroris secara intensif telah dimonitor oleh petugas inteli­jen, dan penyelenggara sistem keamanan nasional, seperti BNPT, Polri dan TNI. Sehingga, setiap informasi adanya pergera­kan jaringan kelompok teroris di setiap daerah dalam pengawasan Kominda dan Kominpus.

Apa saja pergerakan teror­isme yang berhasil terpantau oleh BIN?

Situasi nasional menjelang peringatan Hari Natal 2015, dan perayaan Tahun Baru 2016 masih relatif kondusif. Namun demikian, perlu adanya kewas­padaan terhadap setiap potensi ancaman keamanan, terutama di setiap fasilitas umum (public fa­cility), akses moda transportasi, tempat-tempat ibadah, daerah rawan konflik dan wilayah per­batasan.

Bagaimana pergerakan kel­ompok terorisme saat ini?

Saat ini, pergerakan kelompok terorisme di Indonesia cend­erung lebih mengoptimalkan akses jejaring sosial media untuk menyebarkan ideologi, propa­ganda dan rekrutmennya. Hal ini, mengingat ketatnya fungsi monitoring dan pengamanan wilayah yang dilakukan seluruh penyelenggara sistem keamanan nasional, serta sistem inteli­jen negara. Sehingga, secara geografis, potensi pergerakan ancaman terorisme semakin sempit, namun propaganda ideologinya secara potensial lebih luas karena memanfaatkan akses media sosial.

Sejauh ini, jejaring teror­isme terkonsentrasi di daerah mana saja?

Kelompok radikal MIT dibawah Abu Santoso masih terkonsentrasi secara terbatas di wilayah Poso. Selain itu, masih terdapat jaringan simpatisan kelompok radikal ISIS yang terkonsentasi di wilayah Jakarta, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur

Apakah ada daerah-daerah tertentu yang sudah positif menjadi sasaran teroris dan perlu dijauhi oleh masyarakat, khususnya jelang perayaan Tahun Baru?
Yang perlu diwaspadai dan di­antisipasi bersama adalah anca­man keamanan terhadap fasilitas umum, fasilitas transportasi, ser­ta tempat-tempat ibadah selama momentum penyelenggaraan perayaan Hari Natal 2015 dan Tahun Baru 2016.

Bagaimana konsolidasi yang dilakukan BIN dengan pihak terkait selama ini?

Secara periodik, BIN melaku­kan koordinasi dan komunikasi bersama seluruh penyeleng­gara intelijen dalam Komunitas Intelijen Negara, baik Komite Intelijen Pusat (Kominpus) dan Komite Intelijen Daerah (Kominda) untuk meningkatkan fungsi deteksi dini (early detec­tion) dan sinkronisasi dengan penyelenggara sistem keamanan nasional, baik badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Polri dan TNI.

Apa ada kendala yang dih­adapi BIN dalam mengungkap terorisme sejauh ini?

Pertama, kendala pember­antasan terorisme adalah kuat­nya pengaruh ideologi yang tidak mudah diberantas sampai ke akarnya (fundamentalism). Kedua, jaringan kelompok tero­ris bergerak secara klandestine. Ketiga, pemanfaatan akses jejar­ing sosial media untuk melaku­kan penyebaran ideologi dan rekrutmen.

Pemerintah baru-baru ini menggandeng Australia untuk kerja sama di bidang intelijen, bisa diceritakan bagaimana pola kerja samanya?
Kerja sama intelijen antar dinas intelijen tentu bertujuan untuk membangun fungsi komu­nikasi dan koordinasi, khusus­nya dalam rangka kerja sama pemberantasan ancaman teror­isme global di wilayah kedua negara.

Tapi sudah beberapa kali Australia lancang menyadap pejabat tinggi negara kita. Masak intelijen kita masih percaya saja pada Australia?
Hubungan kerja sama bilat­eral dan komunikasi diplomatik politik antara Indonesia dan Australia tetap terjaga dengan baik, hal ini karena kedua negara saling membutuhkan dalam ber­bagai bidang strategis, misal­nya ekonomi, pendidikan dan keamanan perbatasan. Di samp­ing itu Australia dan Indonesia sudah ada komitmen untuk tidak saling menyadap.[rgu/rmol] 

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel