Keputusan pemerintah menurunkan harga BBM jenis premium hanya Rp 150 per liter dan solar Rp 750 per liter diprediksi tidak berdampak apa-apa terhadap ekonomi masyarakat. Harga-harga kebutuhan pokok tidak akan ikut turun, tarif angkutan juga begitu. Dengan kondisi itu, meski kenyataannya turun, seolah-olah BBM tidak pernah turun.
Keputusan penurunan dilakukan seiring dengan anjloknya harga minyak dunia yang kini hanya dibanderol sekitar 37 dolar AS per barel. Dengan penurunan itu harga premium menjadi Rp 7.150 per liter untuk wilayah luar Jawa Bali dan Rp 7.250 untuk Jawa dan Bali. Sedangkan solar menjadi Rp 5.950 per liter. Tarif baru ini akan berlaku per 5 Januari nanti.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati memprediksi, penurunan itu tidak akan berpengaruh banyak terhadap ekonomi masyarakat. Jangankan hanya seuprit seperti itu, penurunan sampai yang cukup besar juga tidak pernah berpengaruh signifikan.
"Pada Januari 2014 Jokowi menurunkan harga BBM cukup besar, tapi tidak berdampak apapun. Begitu juga SBY, saat menjabat pernah beberapa kali menurunkan harga BBM, juga tidak berpengaruh. Apalagi penurunan sekarang hanya Rp 150, nggak akan ada pengaruh apa-apa. Seperti tidak turun saja," ucapnya, Jumat malam (25/12)/
Dengan hanya Rp 150, kata Enny, tidak mungkin harga barang-barang kebutuhan pokok akan ikut turun. Dari sisi daya beli, kemampuan masyarakat juga tidak akan meningkat jika beban yang dikuranginya hanya sekecil itu.
Enny setuju harga BBM memang tidak boleh murah. Sebab, saat ini Indonesia juga menjadi net importer untuk penyediaan BBM. Tapi, pemerintah harus konsisten dengan kebijakannya. Jika sudah menyatakan harga BBM ikut mekanisme pasar, maka harganya harus turun sesuai dengan penurunan harga minyak dunia.
Sekarang turunnya cuma Rp 150. Itu hitung-hitungannya seperti apa. Karena harga minyak mentah dunia kan anjlok sampai di bawah 40 dolar per barel,” terangnya.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA