Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Padjadjaran Bandung Prima Vandayani mengatakan, selain Indonesia menjadi negara yang strategis, bahasa juga merupakan menjadi salah satu ketertarikan buruh Tiongkok datang ke Indonesia.
"Khususnya pada industri padat modal yang umumnya ketergantungan menggunakan peralatan asal Tiongkok. Keberadaan buruh Tiongkok mempermudah pengoperasionalan alat, dimana penjelasan penggunaan alat kebanyakan menggunakan bahasa Tiongkok," katanya, Sabtu (19/12).
Sementara itu, lanjutnya, bagi industri konstruksi pada proyek-proyek Tiongkok dengan kontraktor asal Tiongkok, keberadaan buruh ini membantu kelancaran komunikasi sehingga proyek dapat selesai tepat waktu.
"Dengan demikian masa depan buruh Indonesia sudah dapat diperkirakan, di saat Indonesia sendiri cukup dikenal sebagai negara penyedia buruh berupah murah, yaitu tersingkir yang berujung kehilangan pekerjaan," katanya.
Memang implikasi kerjasama Tiongkok-Indonesia ini dapat menguntungkan Indonesia dengan mendapat investasi besar-besaran dari Tiongkok demi mempercepat pembangunan Indonesia. Namun, kata Vandayani, sebaliknya bisa juga berpotensi merugikan Indonesia terutama memunculkan isu-isu strategis khususnya berkenaan dengan ketenagakerjaan.
"Syarat-syarat terselubung di balik investasi tersebut seperti harus dikerjakan oleh warga negara si pemilik investasi membutuhkan pemerintah di samping cerdas untuk menarik investasi asing namun tidak mengorbankan anak bangsa sendiri. Dalam hubungan internasional ini, Pemerintah harus menggunakan strategi negosiasi yang tepat yang menjamin kesejahteraan buruh Indonesia terpenuhi di sisi lain kepentingan dunia usaha juga kondusif," pungkasnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA