Pelaksanaan Pilkada serentak 2015 diwarnai rendahnya keikusertaan masyarakat yang menggunakan hak pilih. Di beberapa daerah bahkan angka golput alias tidak menentukan pilihan mencapai lebih dari 50 persen, antara lain di Kota Medan dan Kota Samarinda.
"Penyebabnya antara lain adalah amat terbatasnya ruang gerak para kandidat untuk menyosialisasikan diri dan programnya kepada pemilih. Akibatnya, pemilih pun memiliki informasi yang sangat minim dan mempersulit mereka untuk menentukan pilihan," kata Ketua DPP Partai Nasdem Martin Manurung kepada wartawan di Jakarta, Minggu (13/12).
Pembatasan yang sangat ketat atas ruang gerak kampanye juga mempersulit para calon kepala daerah penantang, sebab mereka tentu harus mengimbangi petahana yang sudah bekerja jauh lebih awal.
"Para penantang tidak memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk sosialisasi. Hal ini tentu memberikan keuntungan bagi para petahana. Pemilih yang memiliki informasi yang minim punya dua pilihan saja, yaitu memilih petahana atau tidak menggunakan hak pilihnya alias golput," jelas Martin.
Lebih lanjut, dia berharap agar pembatasan ruang ini bisa diperbaiki pada pelaksanaan pilkada serentak berikutnya.
"Harus dirancang lebih baik. Kampanye yang tetap mengindahkan aturan tetapi tidak terlalu dibatasi. Gunanya agar program-program pasangan calon dapat lebih banyak mencapai para pemilih," tegas Martin. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA