post image
KOMENTAR
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Agus Supriatna tidak semestinya  menyebut PT Dirgantara Indonesia (PT DI) untuk membuat sayap saja tidak bisa.

Karena itulah pihaknya lebih memilih membeli helikopter AgustaWestland AW101 buatan Italia-Inggris untuk keperluan operasional very very important person (VVIP) ketimbang EC-725 bikinan PT DI.

"Kalaupun KSAU menganggap 'ketakmampuan' PT DI tak selayaknya diucapkan dengan pernyataan yang sangat merendahkan bangsa Indonesia. Faktanya selepas 'kuasa' BJ Habibie hilang dari IPTN (PT DI) seiring reformasi politik, kan rezim penguasa berikutnya mencampakkan bahkan sengaja membikin kerdil PT DI," ucapnya (Minggu, 29/11).

Padahal, sambung Ma'mun, PT DI itu bagian dari cara Soekarno dahulu untuk mengangkat marwah bangsa ini di hadapan bangsa-bangsa lain.

"Namun karena piciknya cara pandang politik elit bangsa ini yang tak memahami dan menganggap penting national interest, maka proyek yang dimaksud untuk mengangkat marwah bangsa pun dikerdilkan," ungkap dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta ini.

Padahal banyak negara-negara lain yang iri terhadap PT DI, tapi justru di Indonesia proyek ini dilecehkan dan dikerdilkan. Akibatnya anak-anak bangsa yang cerdas-cerdas yang dulu disekolahkan ke luar negara memiliki kerja di negara lain  karena tak lagi dibutuhkan oleh bangsa yang bebal ini.

"Mereka pun hijrah ke luar negeri (Malaysia, Korsel dan negara lainnya) untuk  mengerjakan proyek yang sama yang dikerjakan oleh PT DI. Inilah negeri bebal bernama Indonesia," tandasnya.[rgu/rmol]

Menghilangnya Karakter Kebangsaan pada Generasi Z

Sebelumnya

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Opini