Sejak awal menjabat pada Oktober 2014 lalu, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah diwarisi empat defisit oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Empat defisit ini yang membuat pemerintahan Jokowi di tahun pertama tidak beruntung.
Begitu dikemukakan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli saat menjadi keynote speaker dalam acara Core Economic Outlook di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta, Rabu (18/11)
Mantan menko perekonomian era Gusdur itu mengurai defisit pertama adalah neraca perdagangan. Menurut Rizal, jika dulu neraca perdagangan Indonesia mampu mencapai surplus sebesar 32 miliar dolar AS, namun saat ini justru merosot hingga minus.
"Belakangan merosot terus sampai negatif. Sekarang alhamdulillah sudah mulai naik lagi," kata Rizal.
Selanjutnya defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit) yang menurut Rizal cukup besar dan menekan kurs nilai tukar rupiah. Pemerintahan Jokowi juga diwarisi defisit neraca pembayaran dan defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
"Sebetulnya sejak 1998 belum pernah sekaligus ada defisit current account dan neraca pembayaran," terang mantan kepala Bulog tersebut.
Rizal menjelaskan, keempat defisit ini memberikan tekanan dalam lingkup makro-ekonomi dan membuat kondisi perekonomian Indonesia mengalami koreksi yang cukup dalam.
"Karena saat booming komoditi beberapa tahun lalu tidak dilakukan perbaikan dan perubahan struktural sehingga semua masalah nongol akhir 2014-2015," tambah Rizal.[hta/rmol]
KOMENTAR ANDA