MBC. Presiden Joko Widodo disarankan lebih dulu mengobati kekecewaan masyarakat yang mendalam sebelum ia memutuskan reshuflle ke-2 atas Kabinet Kerja.
Hal itu dikatakan pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, menanggapi makin kuatnya kemungkinan presiden merombak ulang susunan kabinetnya setelah perombakan pertama digelar Agustus lalu.
Menurut dia, hal yang lebih krusial untuk diatasi presiden, salah satunya, adalah dampak dari tragedi asap nasional yang berlangsung berbulan-bulan dan masih terasa sampai kini.
"Asap (kebakaran hutan) itu diselesaikan dulu. Dampaknya masih parah walaupun sudah hujan. Ditambah lagi, Jokowi habis meninggalkan Indonesia ke Amerika Serikat hasilnya juga membuat kecewa," kata Wiwik, begitu Siti disapa, usai diskusi di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (14/11).
Wiwik mengatakan, presiden bisa menggelar reshuffle kabinet setelah menyelsaikan masalah-masalah yang lebih krusial.
"Kalau tiba-tiba reshuffle, sedangkan masalah krusial belum beres, hati masyarakat belum terobati. Presiden Jokowi akan dinilai genit, lompat dari satu masalah ke massalah lain," ucap Wiwik.
Singkatnya, ia meminta reshuffle kabinet tidak dilakukan hanya karena desakan kepentingan partai politik dalam urusan pembagian kursi jabatan. Jika reshuffle harus dilakukan, maka sebaiknya dilakukan pada waktu yang lebih tepat.
"Intinya, jangan bagi-bagi jatah. Dilihat, kenapa kementerian enggak unggul setahun terakhir? Kayankya reshuffle pasti terjadi, tapi momennya saja yang belum tepat," tandas Wiwik. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA