Tuhan selalu punya cara untuk berbicara dengan umatnya. Tak semua orang sanggup menangkap makna di balik peristiwa. Tak semua tahu pesan yang lebih dalam dari fakta dan kata-kata. Suara langit itu tidak verbal, sebagaimana kita berkata-kata dengan sesama dalam bahasa kita.
Memori Kadispar Kepri Guntur Sakti langsung melesat ke tahun 1979, tatkala Ebiet G Ade mempopulerkan tembang kenangan berjudul Berita Kepada Kawan.” Dia merasakan betapa Great Batam digeber dengan berbagai strategi promosi, dari serangan udara, serangan darat, maupun below the line.
Dari branding, advertising sampai ke sales. Baik melalui Paid Media, Own Media maupun Social Media. Koordinasi pusat daerah, tik tak Pemprov Kepri, Pemkot Batam, Pemkab Bintan dan Kementerian Pariwisata ibarat tim sepak bola Barcelona menggocek bola dengan sentuhan satu dua.
Hasilnya, September 2015 langsung terasa signifikan di Batam dan Bintan. Begitu promosi Bebas Visa Kunjungan (BVK) digeber di Singapore dan banyak negara secara simultan, turis asal Tiongkok ke Great Batam naik menjadi 30,93 persen. Disusul Korea Selatan, 20,9 persen yang kali pertama mengalahkan Jepang yang stagnan di posisi 13,73 persen.
Wisman Inggris menanjak menjadi 10, 4 persen, mengalahkan Amerika yang berada di angka 6,16 persen. Lain-lain baru 17,84 persen yang masuk ke Great Batam itu.
Bukan hanya itu, Penyeberangan ke Bandar Bentan Telani, Bintan juga melonjak luar biasa. Orang kalau ke Bintan, tujuannya hampir pasti berwisata, baik alam maupun sport (golf). Karena kualitas golf course di Bintang itu sudah satu level dengan Singapore dan banyak negara lain di dunia. Sedang harga green fee-nya, 30 persen lebih murah dari Singapore. Fasilitasnya lebih asyik, kondisi alamnya lebih natural, dan landscape-nya juga didesain oleh arsitek sekelas Jack Nicklaus.
"Tapi begitu kena asap, tiba-tiba semua menjadi gelap. Langit menjadi gelap, jarak pandang jadi pendek, ada tirai yang membatasi ruang kreasi kita untuk mendownload lebih banyak wisman dengan berbagai atraksi. Tiba-tiba ada problem alam, yang berdampak kepada kami? Yang tidak tahu apa-apa dari mana asap itu bermula," aku Guntur Sakti.
Karena itu, Guntur Sakti yang bersuara bariton itu langsung teringat dengan lirik Ebiet G Ade. "Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan. Sayang, engkau tak duduk di sampingku kawan. Banyak cerita yang mestinya kau saksikan. Di tanah kering berbatuan,” penggalan bait pertama pengawal lagu yang turut melambungkan penyanyi yang bernama asli Abid Ghoffar Aboe Dja’far itu.
Di ujung syair, Ebit pun berintrospeksi. Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita. Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang," ungkap Guntur Sakti sampai mendendangkan lagu-lagu ber-genre balada, dan memotret suasana kehidupan Indonesia pada akhir tahun 1970-an hingga sekarang itu.
"Tapi niat dan semangat kita kan dilandasi kebaikan, keiklasan, keseriusan, jadi tidak ada kata menyerah, harus tetap optimis! Jauh sebelum kita ada, kita hidup di sini, saat ini, juga sudah ada bencana kok. Berbagai bencana selalu ada dan turun di muka bumi. Dan kita tidak perlu saling menyalahkan, karena faktor bencana. Juga tidak perlu menghindar dari siapapun karena force majeur. Kita cari cara yang kreatif untuk mengejar target yang lebih baik," jelas GS, panggilan Kadispar Kepri itu.[hta/rmol]
KOMENTAR ANDA