Tidak masuknya Presiden kedua Indonesia Soeharto sebagai Pahlawan Nasional menuai kekecewaan. Salah satunya dari Suara Hati Rakyat atau SHR.
Penggagas SHR, Ilham Ilyas mempertanyakan alasan pemerintah Indonesia yang hingga kini tidak juga memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto.
"Apa alasan pemerintah tidak memberikan gelar itu kepada Soeharto. Dia telah berjasa kepada bangsa dan negara ini sehingga disebut sebagai Bapak Pembangunan,” kata Ilham Ilyas di Jakarta, Jumat (6/11).
Apalagi, menurutnya, almarhum Soeharto sudah memenuhi syarat untuk menjadikan seseorang dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional. Dia tekankan, usulan agar menjadikan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional datang dari rakyat Indonesia. "Bukan dari elit politik, bukan dari pejabat negara. Jadi saya bertanya, kenapa tidak menganugerahkan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional,” jelasnya.
Dia mengingatkan pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo untuk bersikap objektif dalam menentukan layak atau tidaknya seseorang dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional.
"Jangan memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan politik segelintir atau sekelompok orang. Bangsa ini jika ingin besar, harus menghargai jasa-jasa pahlawan dan pendahulunya,” tegasnya.
Walau begitu, lanjut Ilham Ilyas, bukan berarti dia menentang dan meragukan kepahlawan seseorang yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Sebagai informasi, pemerintah telah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada lima orang, yaitu (alm) Bernard Wilhem Lapian sebagai pendiri Kerapatan Gereja Protestan dan terlibat dalam peristiwa Merah Putih 14 Februari 1964 di Manado, Mas Isman pendiri Kosgoro asal Jawa Timur, Moh Jasin Komandan Tokubetsu Ketsatsutai Surabaya yang merupakan cikal bakal Kepolisian RI, lalu I Gusti Ngurah Made Agung yang merupakan Raja Denpasar I, dan Ki Bagus Hadikusumo, tokoh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) asal Yogyakarta. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA