Ada banyak cara untuk Presiden Joko Widodo mewujudkan berbagai programnya, tidak semata melalui tambahan utang luar negeri. Justru, cara instan seperti ini dinilai keliru.
Pengamat politik dari Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman mengatakan, sekalipun berbagai mega proyek tersebut jadi, Indonesia akan tersandera dengan utang cukup besar dalam jangka waktu yang panjang.
"Hingga saat ini belum ada konfirmasi yang jelas sampai kapan utang luar negeri tersebut akan lunas. Jika tidak lunas sampai dengan masa jabatan Jokowi habis, berarti sudah dapat dipastikan sebelum selesai masa jabatannya," kata Jajat di Jakarta, Kamis (5/11).
Menurutnya, Jokowi sudah mewariskan utang luar negeri yang membengkak pada generasi mendatang. Padahal, dengan mencabut berbagai subsidi rakyat, pemerintah punya modal tambahan untuk menunjang berbagai programnya.
Namun, lanjut Jajat, berkaca pada penyerapan anggaran tahun 2015 lalu yang sangat minim sudah membuktikan bahwa pemerintahan Jokowi-JK sangat lemah dalam mengelola anggaran negara. Ia pun mewanti-wanti jangan utang luar negeri dijadikan alasan utama untuk dapat mempercepat pembangunan jika anggaran yang ada tidak mampu dikelola secara maksimal.
"Bagaimana bisa pemerintah akan mampu mencapai target pembangunan di tengah bayang-bayang utang luar negeri yang terus membengkak seperti sekarang ini”, tutup direktur eksekutif NCID tersebut.[hta/rmol]
KOMENTAR ANDA