Pengamat Pertanian USU Abdul Rauf menilai, Indonesia terutama Sumatera Utara (Sumut) masih sulit mencapai swasembada jagung dan kedelai. Hal ini disebabkan selain tekstur tanahnya kurang cocok, teknologinya juga kurang berhasil.
"Ini salah satu penyebabnya. Selain itu, negara asing penghasil jagung dan kedelai lebih baik teknologi dan hasil panennya dibandingkan Indonesia," katanya kepada MedanBagus.Com, Minggu (18/10/2015).
Sehingga lanjutnya, menyebabkan petani kurang tertarik mengembangkan dua komoditi utama dari segi pertanian ini.
"Kenapa petani kurang mau menanam kedelai?, ini karena kedelai lokal kurang diminati oleh pabrik tahu. Alasannya karena kurang mengembang dan harga produksinya lebih tinggi. Sementara, kedelai impor lebih baik kualitasnya, lebih mengembang dan harganya juga lebih murah, terutama kedelai yang berasal dari Tiongkok dan Amerika. Akhirnya, ini yang dimanfaatkan negara asing," ungkapnya.
Karena itu kata Rauf, permasalahan ini seharusnya menjadi perhatian bersama. Pemerintah dituntut keseriusannya agar petani dapat menerapkan teknologi baru untuk mengembangkan jagung dan kedelai, agar Indonesia terutama Sumut mampu swasembada pangan.
"Tapi disayangkan pemerintah hanya lebih kearah pencitraan untuk mempertahankan kedudukannya. Padahal peluang kita untuk swasembada pangan sangat terbuka lebar," tukasnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA