Perhelatan turnamen Piala Kemerdekaan 2015 bentukkan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui tim transisi telah usai berakhir. Namun, hadiah Rp1,5 miliar menjadi hak PSMS sebagai juara belum diterima. Sebaiknya, tim transisi dibubarkan saja karena dinilai telah mencoreng persepakbolaan Indonesia."Sejak terjadi konflik antara PSSI dengan Menpora membuat perkembangan sepakbola di Indonesia terganggu. Namun, Menpora mengambil kebjiakan melalui tim transisi untuk membuat turnamen, salah satunya Piala Kemerdekaan dengan maksud untuk membangkitkan kembali persepakbolaan di Indonesia," ujar pengamat sepakbola Sumut Legirin di Medan, Rabu (14/10).
Mantan pelatih PSMS ini menyebutkan turnamen yang dikelola oleh tim transisi mendapat sambutan positif bagi kalangan masyarakat pecinta sepakbola. Setelah turnamen bergulir dari babak penyisihan hingga PSMS tampil sebagai kampiun, namun sangat disayangkan hadiah yang merupakan hak PSMS belum juga diterima dari pihak panitia. Hal ini, tentunya membuat masyarakat bertanya kemana hadiah yang dijanjikan dan kenapa begitu lama dijanjikan belum juga ada realisasi.
Lebih lanjut mantan pelatih SIWO PWI Sumut ini menuturkan janji tinggal janji dari pihak panitia Piala Kemerdekaan membuat tim finalis merasa kecewa, tidak hanya itu saja para pemain juga kecewa dengan sikap tim transisi. Akibat perbuatan tim transisi dinilai telah mencoreng persepakbolaan di tanah air. Sebaiknya tim transisi dibubarkan saja karena selalu mengumbar janji dengan hadiah untuk pemenang. Tidak dipungkuri, tim transisi yang akan membuat turnamen lagi akan membuat tim jera untuk mengikuti pertandingan karena hadiah yang diperebutkan hanya bentuk janji saja.
"Intinya untuk perkembangan sepakbola di Indonesia, bubarkan saja tim transisi yang dianggap tak mampu untuk membangkitkan sepakbola di Negara yang kita cintai ini", pungkasnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA