Erupsi Gunung Sinabung masih berdampak terhadap lahan pertanian. Bahkan, lahan yang jaraknya sangat dekat dengan Gunung Sinabung, seperti daerah pesisir dan Berastagi sudah tidak bisa digunakan lagi akibat puso.
"Kalau di daerah kita tidak seberapa dampaknya karena agak jauh dari Gunung Sinabung, berkisar 40 km. Tapi, tanaman jeruk saya juga ikut puso sejak dua tahun lalu. Yang masih berproduksi hanya tanaman sayuran. Ini karena, tanamannya tidak begitu membutuhkan waktu yang lama, hanya berkisar 40 hari. Apalagi, semburan Gunung Sinabung tidak selalu besar dan juga mengikuti arah angin. Jadi, lahan pertanian saya tidak selalu berdampak," kata Petani Jeruk di Mulya Rakyat Kecamatan Merek Kabupaten Karo Sastra Tarigan kepada MedanBagus.Com, Minggu (11/10).
Sebelum Gunung Sinabung meletus, jelasnya, tanaman sayuran miliknya bisa berproduksi berkisar 20 ton per panen/ha untuk setiap jenis sayuran. Namun, saat ini sudah berkurang 15 persen dari hasil panen.
"Untungnya kita diajak kerjasama dengan Hotel Simalem Resort karena jenis tanaman organik, sehingga tidak lagi repot-repot menjual ke pengumpul. Kita sudah ada kontrak dengan perusahaan tersebut dan sudah ditentukan harganya. Kita mengirim hasil panen semampu kita dengan harga Rp 4.000 per bal untuk jenis sayur sawi putih dan Rp 5.000 per bal untuk jenis sayur kol serta jenis sayuran lainnya," jelasnya.
Hal ini lanjutnya, merupakan bantuan berarti, karena tidak perlu lagi memikirkan modal. Apalagi, pupuk dan bibit juga dibantu dari perusahaan tersebut. "Kita hanya tenaga saja," katanya. [hta]
KOMENTAR ANDA