Menteri Kordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal menilai, hanya 20 persen rakyat Indonesia yang hidupnya baik. Sementara, 80 persen rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan.
"Rakyat Indonesia belum bisa merasakan arti kemerdekaan, makan aja susah apalagi sekolahin anak atau berlibur. Tugas kita mengubah 80 persen ini," kata Rizal Minggu (11/10) seperti dilansir dari Kantor Berita Politik Rmol.co.
Rizal mengaku heran jika masih ada 80 persen dari lebih 250 juta penduduk Indonesia belum menikmati kemerdekaan. Padahal negara Indonesia kaya akan sumber daya alamnya. Rizal menegaskan, jika harus ada paradigma baru untuk mengubah fakta miris tersebut.
"Melalui indeks pembangunan manusia itu mari kita dibandingkan masyarakat antar negara, rakyat di Indonesia cukup protein atau tidak, ada fasilitas kesehatan, pendidikan sampai mana, akses terhadap kepemilikan rumah atau air bersih, semua dimasukkaan melalui human development index, ini yang sesungguhnya ukur kesejahteraan rakyat," bebernya.
Menurut Rizal, selama ini negara hanya melakukan indikator melalui pertumbuhan ekonomi yang memang tidak buruk, yakni sekitar 5 hingga 6 persen. Namun dari segi indeks pembangunan manusia Indonesia sangat rendah sekali.
"Bahkan lebih rendah dari Thailand, Singapura dan Malasyia. Makanya banyak warga negara kita yang kerja disana karena indeks kesejahteraan negara-negara itu lebih tinggi. Harapan kami jangan sibuk dengan pertumbuhan ekonomi atau indikator makro. Ayo monitor human develompment index, apa yang bisa kita lakukan?,"urai mantan kepala Bulog itu
Menurut Rizal, jika yang dikedepankan melalui pendekatan indeks pembangunan manusia maka strategi yang digunakan pun lebih terukur baik soal sosial, pendidikan, perumahan yang bermuara pada kesejahteraan.
Menurut Rizal, Indonesia harus bisa belajar dari banyak negara soal pendekatan tersebut. Rizal mengatakan banyak negara yang juga alami pertumbuhan sedang tapi rakyatnya tidak dapat apa-apa. Hal tersebut berbeda dengan Tiongkok yang mampu membuat tingkat pertumbuhan tinggi dibarengi dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi.
"Jadi dua-duanya bisa tinggi. Selain Tiongkok ada Brazil dibawah presiden Lula. Indonesia harus bisa seperti itu," demikian Rizal.[ben]
KOMENTAR ANDA