MBC. Per Sabtu kemarin, harga solar turun Rp 200 per liter. Sayang, penurunan harga ini tidak diikuti dengan penurunan ongkos angkutan umum. Pengusaha tentu untung dengan turunnya harga solar, tapi rakyat tetap saja buntung.
Penurunan harga solar ini adalah bagian dari paket kebijakan ekonomi III yang dikeluarkan Presiden Jokowi Rabu pekan lalu. Dengan penurunan ini, harga solar kini Rp 6.700 per liter dari semua Rp 6.900. Penurunan ini diklaim akan meningkatkan daya beli masyarakat. Tapi nyatanya, penurunan itu tidak membantu masyarakat. Buktinya, ongkos angkutan tidak turun.
Ketua Umum Organisasi Angkutan Darat (Organda) Andrianto Djokosoetono beralasan, penurunan harga solar Rp 200 tidak banyak berpengaruh pada biaya yang ditanggung pengusaha transporasi. Penurunan Rp 200 tidak bisa menutupi biaya lainnya seperti harga suku cadang yang melambung tinggi.
"Ini belum bisa mengurangi beban biaya yang meningkat akibat inflasi dan kurs dolar AS yang menaikkan harga spare part dan lainnya," ujar Andrianto di Jakarta (Sabtu, 10/10).
Ketua Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan menganggap, penurunan harga solar saat ini hanya mengembalikan ke harga awal. Karena itu, Organda tidak bisa menurunkan tarif dengan penurunan itu. "Rp 200 itu tidak ada artinya dan tidak berpengaruh apa-apa," ujar Shafruhan.
Menurut Shafruhan, dalam struktur tarif angkutan umum, porsi harga BBM hanya 20 persen. Yang tinggi justru biaya pengadaan, perawatan, dan suku cadang armada. Dengan hanya 20 persen dan turunnya hanya Rp 200, sulit untuk menurunkan tarif. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA