post image
KOMENTAR
Kabut asap belum pergi dari bumi Pekanbaru, Riau. Bahkan pekan ini lebih pekat dari sebelumnya. Warga pun mengeluh kesakitan tidak bisa bernafas.

Bantuan pemerintah yang dinanti nyatanya tak sesuai status tanggap darurat bencana.

"Hari ini kepekatannya mungkin empat kali lipat dari sebelumnya," tulis salah seorang warga Riau, Linda melalui pesan broadcastnya yang diterima redaksi, pagi ini (Rabu, 7/10).

"No electric, No school, No flight, No oxygen. Demi Allah, ini terasa seperti Genosida! Negara sedang membunuh 6,3 juta rakyat Riau pelan-pelan," imbuh perempuan yang keseharian berwiraswasta ini.

Dalam kondisi seperti ini, ia sesalkan warga hanya diberi masker kue, bukan masker standar sesuai status tanggap darurat bencana. Linda menekankan, kondisi udara di Riau bukan lagi berbahaya, tapi sudah merusak bahkan membunuh.

"Partikel berbahaya ini sudah dua bulan kami hirup tanpa henti. 24 jam setiap hari. Sudah 55 ribu warga, mayoritas balita dan orang tua, bertumbangan karena asap. Ini bukan lagi bencana biasa," terang Linda seraya meminta pesannya ini diteruskan ke masyarakat luas.

"Jika tak bisa sama-sama mendesak pemerintah turun tangan, tolong doakan kami masih tetap bernafas esok hari. Kami masih melawan azab asap!" tulisnya lagi.

Sebagaimana diberitakan, terdapat 1.563 titip api yang tersebar di sejumlah lokasi yang terus dipadamkan dengan bantuan tujuh helikopter, pesawat water bombing, serta satu pewawat Casa buatan. Upaya pemadaman ini dibantu 1.594 personel TNI dan Polri.

"Mari kita masukin ke rumus matematika sederhana. Delapan pesawat yang ada, jika dibagi dengan jumlah lokasi sumber asap, artinya satu pesawat harus mengatasi 195 titik api. Apa mungkin bisa?," tanyanya, melogikakan.

Lalu, jumlah personil yang diturunkan, hampir seimbang dengan jumlah titik api yang ada. Ini berarti hanya ada satu orang prajurit untuk mengawal setiap satu titik api. Sementara satu titik api yang terpantau di satelit, papar Linda, luasannya bisa mencapai puluhan hingga ratusan hektar.

"Yth. Bapak Presiden RI, please jangan kadalin rakyat lagi, tetapkan darurat Bencana Nasional pencemaran udara dan minta bantuan dunia internasional untuk memadamkan titik api. Berhutang keluar negeri saja Anda mampu dalam hitungan bulan menjabat, masa untuk kepentingan rakyat Anda ragu?," tutup Linda.[rgu/rmol]

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel