Pemerintah tidak pernah tanggap dalam mengembangkan hilirisasi minyak kelapa murni (virgin coconut oil/VCO). Padahal, komoditi ini memiliki nilai ekspor yang tinggi.
Petani VCO Gunung Sitoli Sumatera Utara (Sumut) Darmansyah menuturkan, dirinya mampu memenuhi permintaan pasar dari segi VCO dan sabut kelapa. Namun, karena tidak adanya keperdulian pemerintah akhirnya permintaan itu selalu tidak terpenuhi.
"Padahal, saya mampu mengekspor sabut kelapa sesuai permintaan eksportir. Bahkan, saya pernah diminta Negara Tiongkok mengekspor sebanyak 130 kontiner. Namun, hanya mampu terpenuhi sebanyak 20 persen saja. Apa tidak malu pemerintah ini, bukan tidak ada barangnya, hanya saja pemerintah tidak pernah berniat membantu dari segi peralatan dan pengirimannya," katanya kepada MedanBagus.Com, Senin (5/10/2015).
Seharusnya, lanjut dia, pemerintah mengajak para petani agar didapatkan solusi terbaik dari setiap keluhan-keluhan para petani. Bahkan, ia mengaku sudah berupaya menemui asosiasi ekspor sabut kelapa dan Kementerian Pertanian. Namun, hasilnya tidak maksimal.
"Jadinya hanya menghambur-hamburkan uang saja saya menemui mereka. Kalaupun ada bantuan tidak pernah tepat sasaran. Sabut kelapa adalah komoditi yang paling murah, itupun tidak ada bantuan sedikitpun," tukasnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA