post image
KOMENTAR
Kabut asap yang menyelimuti wilayah perairan di kabupaten Banyuasin membuat nelayan tidak berani untuk menangkap ikan di tengah laut.

"Sejak sepekan sebelum hari raya Idul Adha 1436 hijriah hingga hari ini nelayan belum ada yang berani turun ke tengah perairan. Soalnya, kabut asap sangat tebal, dan mengganggu jarak pandang," kata anggota DPRD Banyuasin, Emi Sumitra kepada Rakyat Merdeka Online Sumsel (grup medanbagus.com), Selasa (29/9).

Emi Sumitra mengatakan, sudah hampir dua pekan nelayan Banyuasin tidak melaut. Apalagi, penangkapan ikan itu selalu dilakukan setiap tengah malam dan saat itu asap sudah sangat tebal. Mereka mengkhawatirkan adanya bahaya jika melaut.

"Tidak ada manfaat jika turun ke tengah laut. Ibarat berjalan tanpa bisa melihat. Selain rawan kecelakaan kapal, kabut itu juga bisa membuat nelayan menyasar ke daerah lain. Jarak pandang akibat kabut asap itu sangat pendek," sambungnya.

Sehingga nelayan mengurungkan niatnya untuk mencari nafkah di tengah perairan. Nelayan tidak berani menangkap ikan karena faktor cuaca yang dianggap kurang bersahabat.

"Mereka akan turun menangkap ikan di tengah lautan jika kondisi cuaca sudah normal. Kabut asap juga salah satu penyebab yang membuat nelayan tidak ke laut. Untuk sementara ini, nelayan mencari pekerjaan lain. Ada yang jadi kuli bangunan," sebutnya.

Sementara itu, kabut asap yang mengepung kabupaten Banyuasin semakin pekat.
Termasuk kawasan perairan di Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin kondisinya dipenuhi kabut asap. Membuat para nelayan kesulitan untuk melakukan aktivitas menangkap ikan di lautan.

Apalagi, pekatnya asap membuat jarak pandang sangat dekat, kata Amran, nelayan asal Desa Telang Karya Kecamatan Muara Telang.

"Mau tidak mau kami baru bisa melaut saat matahari sudah tinggi atau lebih teppatnya hari sudah siang. Saat kabut asap sudah memudar," ceritanya.

Umumnya nelayan di Muara Telang melaut sejak pukul 06.00 WIB. Karena kondisi kabut asap baru mulai menghilang sekitar pukul 09.00 WIB.

"Nelayan takut melaut saat kabut tebal, apalagi jarak pandang di pukul 06.00 hanya 2 meter saja, bahaya sekali kalau memaksa melaut jam segitu," kata Amran.

Dengan jarak pandang yang terlalu dekat, nelayan enggan mempertaruhkan nyawa untuk mencari ikan. Baru sekitar pukul 09.00 WIB, kabut asap mulai perlahan menghilang dan mereka kembali beraktivitas.

"Sebenarnya menganggu mas, karena jam tangkap ikan kami terpaksa berkurang dan berpengaruh dengan penghasilan juga. Tapi mau bagaimana lagi, ngak bisa melawan alam, mau maksa juga takut nanti mati konyol," bebernya.

Bukan hanya nelayan, aktivitas masyarakat yang mengandalkan transportasi air juga sekarang harus berhadapan dengan kondisi yang tidak memungkinkan karena kabut asap. Seperti aktifitas angkutan barang di Dermaga Desa Gasing Kecamatan Tanjung Lago.

Biasanya, sejak pagi dermaga ini padat aktifitas, namun sekarang banyak kapal pengangkut kayu gelam terpaksa bersandar menunggu kabut asap hilang.

"Mau tak mau nunggu kabut asapnya menipis baru jalan, jadi kalau pagi ngak ramai disini, baru siangnya banyak kapal lalu lalang," timpal Rendi, warga Gasing.[rgu]

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel