post image
KOMENTAR
Kebijakan Pemerintah Kota Binjai yang mengubah jalan Jenderal Sudirman menjadi satu arah beberapa tahun terakhir ini dituding sebagai penyebab tidak efisiensi waktu. Karena pelintas harus menambah rute jarah tempuh untuk tiba di jantung kota. Tak heran, akibat kebijakan itu muncul cibiran di kalangan masyarakat yang mengatakan bahwa selain "Kota Rambutan", Binjai kini juga dikenal sebagai "Kota Sejuta Rambu-rambu Lalu-lintas".

Menangggapi hal itu, Walikota Binjai H.M Idaham SH, M.Si menjelaskan bahwa kebijakan satu arah sedianya dilakukan untuk mengurai kemacetan yang terjadi di Jalan Jenderal Sudirman. Selain itu, lanjut Idaham, memperpanjang rute jarak tempuh sebenarnya membuka kesempatan bagi daerah lain di seputar kota (buffer zone) untuk maju dan berkembang.

"Saat ini kita juga telah membangun sentra ekonomi di setiap kecamatan. Diproyeksikan nantinya orang yang belanja ke kota hanya membelanjakan kebutuhan khusus. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari, warga bisa belanja di sentra sentra ekonomi di kecamatannya masing-masing. Dengan begitu diharapkan kenderaan tidak lagi tumpah di Jalan Sudirman," ujar Idaham ketika ditemui MedanBagus.Com, usai mengunjungi warga korban kebakaran di Sei Beras, Binjai Timur, Minggu (27/9).

Dilanjutkan Idaham, sebagai konsep sebuah kota transit yang modern, permasalahan kemacetan tidak bisa dilihat secara parsial. Akan tetapi harus dipandang dari perspektif yang lebih luas.

"Sebagai contoh, itu nanti bila
selesai pembangunan smart building di Rambung akan menjadi smart building terbesar di Indonesia. Konsep pasar modern itu diambil dari Geylang, Singapura. Dimana gedung dua lantai akan dibangun lengkap dengan lift dan eskalator namun yang dijual bumbu dapur dan sayur mayur," lanjut Wakil Ketua Asosiasi Walikota se-Indonesia ini.

Hal lain yang disampaikan Idaham, dalam lima tahun kepemimpinannya, dia telah melakukan sejumlah revitalisasi pasar tradisional.

"Lima tahun ini Pemkot Binjai terus melakukan revitalisasi pasar, Dimana, lokasi pasar tradisional terus mengalami peremajaan. Sehingga pedagang tradisional dapat mengelola usahanya di pasar modern," kata Idaham.

"Jadi saya kira di kota-kota besar sekarang ini, seperti kota Medan, sudah biasa kok jalan satu arah. Tinggal lagi bagaimana mengoptimalkannya lagi. Binjai tak memiliki Sumber Daya Alam, tidak pula memiliki lokasi pariwisata yang bagus. Kita hanya mengolah dan mengelola kecerdasan, sehingga mengupayakan orang di luar Binjai menghabiskan dan membelanjakan uangnya di Binjai," tandas Idaham. [hta]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi