Pasca tragedi Mina yang menewaskan 717 jemaah haji, Arab Saudi perlu memperbaiki manajemen penyelenggaraan haji. Perbaikan perlu segera dilakukan agar berhaji tidak menjadi ritual yang berbahaya dan tak lagi nyaman.
Jika tidak segera dibenahi, bukan tidak mungkin ritual berhaji justru akan tercatat sebagai ritual agama yang paling banyak memakan nyawa manusia dalam sejarah.
Begitu kata pegiat Indonesia anti diskriminasi Denny JA dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jumat (25/9).
"Saatnya pemerintah Saudi mengumpulkan ulama untuk melakukan reformasi atas ibadah haji, tanpa melanggar ketentuan kitab suci yang diyakini," ujarnya.
Denny pun mengusulkan kepada pemerintah tentang reformasi manajemen pengelolaan haji lewat 3 cara yang radikal.
Pertama, menambah jumlah hari yang sah untuk berhaji. Selama ini diyakini hari yang sah berhaji hanya lima hari efektif dari tanggal 9 hingga13 Dzulhijjah saja.
"Harus dipikirkan jumlah hari berhaji yang sah bertambah juga tak hanya 5 hari, tapi berbulan-bulan. Dari 5 hari menjadi, misalnya 60 hari, dan sebagainya. Jika waktu sah berhaji berubah dari 5 hari menjadi katakanlah 60 hari, ini akan menjadi solusi yang sangat ampuh untuk mengurangi konsentrasi massa di satu titik dan di satu waktu. Niscaya ibadah haji akan dirasakan lebih nyaman dan lebih aman bagi jemaah," sambung pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) ini.
Kedua, mengubah arsitektur Mina. Umumnya kecelakaan yang menewaskan ratusan jemaah haji terjadi di Mina. Sejak 1980, sudah terjadi 8 kali tragedi maut yang menelan lebih dari seratus nyawa.
"Pemerintah Saudi bisa mengundang aneka pihak yang berkompeten di dunia untuk mempelajari bangunan dan lorong Mina dalam hubungannya dengan arus massa yang ratusan ribu. Harus ada reformasi arsitektural yang akhirnya bisa membantu area Mina itu lebih aman untuk masa yang berdesakan," jelasnya.
Ketiga, modernisasi manejemen haji. Kini lanjut Denny, saatnya pemerintah Arab Saudi juga memodernkan manajemen haji, baik dari jumlah, SOP dalam bekerja, dan kualitas SDM-nya.
"Saatnya manajemen haji direformasi, sehingga beribadah itu tak hanya aman dan nyaman, namun juga khusyuk bagi jamaah, dan bagi keluarga yang ditinggal, yang tak perlu lagi was was akan keselamatan jemaah," ucapnya. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA