Nilai tukar rupiah saat ini berada di posisi Rp 14.709,98 per dolar ASatau hampir menyentuh angka Rp 15.000 per dolar AS. Setidaknya ada lima hal yang mempengaruhi nilai rupiah terus merosot.
Pengamat ekonomi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng menjabarkan kelima hal tersebut.
Penyebab pertama, katanya, karena kenaikan harga-harga atau Inflasi yang tinggi dan tidak terkendali. Sementara pada saat yang sama daya beli masyarakat jatuh. Keadaan ini kemudian membuat investor tidak tertarik dalam melakukan investasi.
Kedua, lanjutnya, neraca eksternal buruk dan surplus perdagangan yang rendah, sedangkan defisit transaksi berjalan tinggi. Ketiga, karena APBN yang tidak realistis. Baik asumsi tentang penerimaan, pengeluaran, nilai tukar, suku bunga SUN, dan inflasi.
"Selanjutnya, pelemahan nilai tukar semakin merosot karena pemerintah seperti menipu diri sendiri, dengan ambisius membangun megaproyek yang tidak realistis dan hanya didasari oleh keinginan bagi-bagi proyek oligarki penguasa," lanjut Salamuddin dalam keterangannya kepada redaksi (Jumat, 25/9).
Kemudian yang terakhir, lanjut Salamuddin, pelemahan rupiah tidak terlepas dari melemahnya ekonomi Tiongkok yang merupakan sekutu dagang Indonesia. Ditambah, melemahnya harga komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia.
"Kedua pelemahan tersebut akan berlangsung lama. Sementara pada saat yang sama terjadi penguatan kebijakan moneter Amerika Serikat," sambungnya.
"Jadi dari lima faktor yang jadi penyebab, hanya satu faktor berasal dari luar negeri. Selebihnya adalah faktor internal yang berkaitan dengan tata kelola ekonomi dan pemerintahan Jokowi yang tidak kompeten dan tidak kredibel," tandasnya. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA