MBC. Meski dianggap gila, namun Muhammad Jusuf Sokartara (71) terbukti tangguh. Ia membangun rumah unik berbentuk sepatu di Jalan SMA Negeri 2, Karang Sari, Polonia, Medan.
Rumah bercat putih berlantai tiga itu tampak menonjol karena berada di tanah yang cukup lapang di tepi jalan.
Bangunan dengan panjang sekitar 9 meter tersebut mengambil bentuk sepatu lars lengkap dengan rangkaian besi yang diibaratkan sebagai tali sepatu.
Di setiap lantai diberi jendela. Bahkan di lantai tiga terdapat balkon dengan teralis pengaman.
Rumah sepatu itu diberi angka 13 yang merupakan angka kesukaannya. Angka tersebut mempunyai makna bagi dirinya, karena ia menikah pada tanggal 13.
Selain itu, rumah tersebut berdiri dengan tinggi 13 meter dan dibangun pada tanggal 13.
"Banyak orang yang bilang aku gila, tapi aku tidak perduli. Memang banyak tokoh awalnya dianggap gila, namun berhasil," katanya, Sabtu (19/9).
Dirinya menjelaskan, rumah sepatu itu dibangunnya selama 6 bulan. Namun, selama pembangunan ia kadang kehabisan dana, sehingga harus kembali ke Beland untuk mengumpulkan uang.
"Aku jadi turis guide disana. Uangnya halal," ujarnya.
Jusuf menjelaskan, telah lama tinggal di Kota Hoofddorf, Belanda. Sebelum pensiun, dirinya bekerja selama 32 tahun bekerja sebagai kuli kargo maskapai KLM di Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda.
"Rumah sepatu ini impianku sejak muda. Ini aku bangun setelah melihat gambar rumah sepatu di India dalam satu majalah. Sepatu itu filosofinya melindungi. Makanya setelah melihat di majalah aku berniat untuk membangunnya suatu saat," katanya.
Tak puas hanya melihat di majalah, Jusuf saat itu juga berkeinginan melihat langsung rumah itu di India. Keinginan itu menjadi nyata saat dia mengelilingi dunia dengan sepeda.
"Setelah tak jadi pebalap sepeda Sumut, aku berkeliling dunia dengan sepeda. Aku melihat langsung rumah itu kalau tak salah di Mumbai," jelasnya.
Keinginan keliling dunia dan membangun rumah sepatu itu diwujudkan Jusuf berdasarkan filosofi. "Kita bukan James Bond yang hidup berkali-kali. Kita cuma hidup sekali, maka nikmatilah. Tapi usahalah, kalau tak usaha mana mungkin berhasil," ungkapnya.
Usaha Jusuf pun berbuah hasil, setelah menabung selama bertahun-tahun bekerja di Belanda, dia mulai membangun rumah impiannya.
"Sudah habis sekitar Rp 600 juta, ini masih banyak kekurangan. Mana ada yang sempurna ," ucap laki-laki kelahiran Berastagi 14 Maret 1944 ini.
Membangun rumah berbentuk sepatu itu tidak mudah. Tukangnya kesulitan membuat mal yang bentuknya melengkung.
"Sulitnya ya membuat malnya. Banyak bagian yang melengkung. Untungnya saya pernah membangun kubah masjid yang dicor," ucap Haryono, tukang yang dipercaya Jusuf.
Rumah berbentuk sepatu ini membuktikan kegigihan Jusuf. "Setelah rumah itu rampung dia masih punya impian lain, yaitu menghijaukan lokasi itu dan membangun rumah berbentuk pesawat," pungkasnya. [hta]
KOMENTAR ANDA