Jasa Bung Karno tidak boleh dilupakan oleh bangsa Indonesia, juga tidak boleh dilupakan bangsa-bangsa lain yang pernah mengalami penjajahan.
Hal itu disampaikan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dalam pertemuan dengan pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno Rachmawati Soekarnoputri (YPS) di Yayasan Kepimpinan Perdana di Putrajaya, Malaysia, Senin pagi (14/9).
"Jasa Presiden Soekarno tidak boleh kita lupakan. Dia yang pertama kali mengatakan tentang kolonialisasi ekonomi. Saya masih ingat itu," ujar Mahathir Mohamad yang menjadi Perdana Menteri Malaysia pada 1981 hingga 2003.
"Prasiden Soekarno yang mengingatkan kita, walaupun kita sudah merdeka tetapi masih ada kekuatan asing yang selalu berusaha melanjutkan kolonialisasi secara ekonomi mengeruk kekayaan kita. Praktik ini masih berlaku sampai sekarang," ujarnya lagi.
Kekuatan asing, sambung Mahatir Mohamad yang pernah menyebut dirinya Little Soekarno, kerap menggunakan elemen tertentu di tanah air untuk memperjuangkan ideologi dan kepentingan mereka.
Rachmawati Soekarnoputri menemui Mahathir Mohamad untuk menyampaikan secara langsung keinginan YPS dan Universitas Bung Karno (UBK) memberikan Star of Soekarno kepada Mahathir Mohamad. Penghargaan itu akan diserahkan di Jakarta pada tanggal 27 September 2015.
Dalam pertemuan itu kedua tokoh mendiskusikan sejumlah isu yang terkait dengan neokolonialisme yang merusak tatanan dan perdamaian dunia.
Mahathir mengucapkan terima kasih atas pemberian itu dan mengatakan dirinya akan datang ke Jakarta untuk menerimanya. Dia juga mengatakan, dirinya terkejut dan tidak menyangka Rachmawati Soekarnoputri yang datang langsung menyampaikan undangan.
Adapun Rachmawati mengatakan, Star of Soekarno diberikan atas jasa dan peranan Mahathir Mohamad memperjuangkan kemerdekaan dan keadilan. Keberhasilan Mahathir Mohamad membangun Malaysia menginspirasi banyak bangsa dan negara di dunia.
"Di Indonesia kini populer istilah proxy war, perang kepentingan asing yang memanfaatkan kelompok-kelompok di dalam negeri. Inti dari pertempuran ideologi itu adalah untuk mengusai sumber daya alam negara-negara itu," ujar Rachmawati.
Rachma mengutip salah satu perkataan Bung Karno yang terkenal bahwa perjuangan generasi berikutnya akan sulit karena mereka melawan saudara sendiri yang bersedia menjadi kepentingan atau proxy kaum kolonial.
Dalam pertemuan dengan Mahathir Mohamad, Rachmawati didampingi Ketua YPS Benny Soemarno, Wakil Rektor UBK M. Marhaendraputra, Kabag Humas UBK Michele Hutasoit, dan anggota YPS Teguh Santosa.
Pertemuan berlangsung selama satu jam. Selain bertemu dengan Mahathir Mohamad, Rachmawati juga bertemu dengan Tun Dr. Siti Hasmah, istri Mahathir Mohammad. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA