post image
KOMENTAR
JOKOWI-RIZAL RAMLI/NET
     
Berdasarkan hasil kajian saat ini, program pembangunan pembangkit listrik yang paling realistis adalah 16.167 megawatt.

"Yang paling realistis dicapai ya sekitar 16 ribu megawatt bisa naik jadi 18 ribu megawatt," kata Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, usai rapat koordinasi di kantornya, Gedung BPPT I, Jakarta Pusat, Senin (7/9)

Menurut Rizal, setelah melakukan kajian yang matang dan rapat koordinasi yang dilakukan bersama Direktur PLN Sofyan Bashir, Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan serta jajaran Dirjen ESDM dan Kementerian Dalam Negeri, rencana pemerintah membangun program 35.000 megawatt tidak realistis.

Menurut menteri Rizal, jika program 35ribu megawatt dipaksakan justru akan membahayakan keuangan PLN, bahkan bisa berujung pada kebangkrutan. Bila dipaksankan 35 ribu megawatt sampai tahun 2019, maka akan ada kelebihan kapasitas sampai 21 ribu megawatt.

"Sesuai ketentuannya PLN harusnya membeli 72 persen listrik yang diproduksi swasta mau dipakai atau tidak. Dengan hitunga-hitungan ini, maka ada kewajiban PLN beli listrik swasta tidak kurang dari Rp 10.763 miliar per tahun. Ini bangkrut nanti," tegas Rizal

Rizal membeberkan kebutuhan riil listrik pada saat beban puncak sampai 2019 adalah sebesar 74.526 megawatt. Pada tahun 2015 beban puncak mencapai 50.856 megawatt.

Saat ini pembangunan pembangkit listri yang tengah berlangsung sebesar 7.000 megawatt. Jika program listrik 35 ribu megawatt dipaksakan ditambah 7.000 megawatt yang tengah berlangsung, maka akan ada ketersidaan kapasitas pemabngkit sebesar 95.586 megawatt sampai 2019.

"Padahal kebutuhan sampai 2019 pada beban puncak hanya 74.525 megawatt. Maka akan ada kapasitas idle sebesar 21.331 megawatt. Ini yang saya maksud yang bisa buat PLN rugi secara finansial," demikian Rizal.[rgu/rmol]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi