Menteri Koordinator bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli meminta semua jajaran menteri dan lembaga di bawah koordinasinya untuk berpikir out of the box (keluar dari kotak) dalam menerapkan kebijakannya.
"Barang kali bapak ibu tahu mengenai data mining kami di sektor keuangan. Kami meminta semua biasa pakai itu, makin lama makin luas penggunaannya, jadi kita nggak mengandalkan pendekatan administratif birokratif," kata Rizal saat penandatanganan Memorandum of Understanding 'Kerjasama Penyelenggaran Survey dan Observasi serta Berbagi Pakai Data dan Informasi Kelautan" di kantornya, Gedung BPPT 1, Jalan M.H Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (1/9).
Rizal pun mencontohkan, saat seseorang punya credit card (cc). Ketika ingin menambah limit cc-nya, dengan pendekatan administratif dan biroraksi harus menggunakan formulir.
"Padahal sebetulnya dari pola dia meminjam dan membayar kita sudah bisa menentukan karakter dia. Jadi nggak perlu lagi isi formulir, cukup pendekatan data mining dan pendekatan karakter limit bisa ditambahkan sendiri," jelas Rizal.
Fakta lain keunggulan pendekatan teknologi data mining, sambung Rizal, ketika dulu pihaknya pernah mengembangkan kredit umum pedesaan dan simpanan pedesaan (simpedes).
"Kita tuh pendekatannya sederhana, nasabah di pedesaan kita kasih kredit 500 ribu enam bulan. Kalau bayar ontime tepat waktunya kita langsung otomatis double, bayar ontime tepat waktu kita berikan double. Lama-lama ini adalah indikator paling bagus untuk karakter seperti itu, belum tentu orang yang punya jaminan banyak itu nggak tukang ngemplang. Jadi data mining datanya kita kumpulkan lama-lama kita sudah tahu gimana nih orang bayarnya seperti apa, itu kita masukan ke dalam sistem," ulas Rizal.
Dengan terobosan seperti itu, menurut Rizal, kredit unit desa BRI mencapai rekor. Betapa tidak, sistem ini justru membuat kredit macet BRI tidak lebih dari 0,3 persen. Bandingkan dengan bank besar di Indonesia yang kredit macetnya berkisar 60-80 persen.
Rizal juga mengulas pengalamannya saat menjabat komisaris utama Bank Negara Indonesia (BNI). Ia putuskan untuk meninggalkan cara manual. Terbukti dalam empat bulan, melalui teknologi data mining, kredit outstanding BNI dari nomor 3 di Indonesia menjadi nomor 1.
"Resikonya pun terukur, nah saya percaya di bidang psychal science data mining itu lebih besar lagi. Data bisa bermanfaat buat rakyat biasa, kalangan profesional dan pelaku bisnis. Inisiatif lembaga atau kementerian yang mengurus kelautan perikanan harus berpikir kayak gitu," kata Rizal.
Jika sudah bisa menggunakan teknologi data mining dan pendekatan out of the box, Rizal optimistis nelayan akan mendapat banyak manfaatnya. Salah satunya informasi titik-titik yang banyak ikan.
"Nelayan kita bisa lebih produktif, nggak asal cari ikan. Nah tolong dipikirkan permintaan kami. Data-data itu bermanfaat untuk orang biasa dan rakyat biasa," pinta Menko Rizal.
Hadir dalam penandatanganan MoU tersebut yakni pejabat dari kementerian kelautan dan perikanan (KKP), BMKG, LIPI, Kementerian ESDM, BPPT dan Geospacial.[hta/rmol]
KOMENTAR ANDA