Setelah tidur cukup panjang, suku Karo menggeliat dan bangun kembali. Karo Festival 2015 disebut sebut sebagai gong penanda kebangkitan suku-bangsa yang mendiami sebagian besar wilayah di Provinsi Sumatera Utara ini.
"Menurut catatan saya, Karo sudah tertidur cukup lama, 109 tahun sejak gebrakan yang telah dibuat pendahulunya dengan mendirikan rumah perawatan bagi penderita kusta di Lau Simomo," ujar tokoh cendikia Karo, Roy Fachrabi Ginting kepada MedanBagus di sela-sela acara Karo Festival 2015 di Lapangan Merdeka Medan, Sabtu (29/8).
Lebih lanjut dikatakan pria yang identik dengan pecinya ini, dalam tiga bulan terakhir, suku Karo khususnya di Kota Medan telah kembali menunjukkan keberadaannya.
"Catatan penting, dalam tiga bulan belakangan ada lima agenda besar orang Karo yang digelar di Kota Medan. Dan itu menandakan kebangkitan kembali suku bangsa yang membuka kampung Medan ini," kata Roy.
Sebagai sebuah gerakan kebangkitan, lanjut Roy, lima agenda yang digelar suku Karo di kota Medan dalam waktu tiga bulan belakangan adalah rangkaian kebangkitan kesadaran sekaligus kerinduan suku Karo untuk kembali berbuat untuk kota yang dibangun Pa Timpus ini.
"Dimulai dari kerja tahun yang digelar di Kota Medan. Dilanjutkan dengan pertemuan dan kebangkitan muslim Karo, kemudian kemunculan kembali karya sastra Karo lewat bedah buku puisi Bunga Dawa karya Tariganu, disusul dengan deklarasi Ikatan Cendikiawan Karo yang dilaksanakan bersamaan dengan penutupan Festival Karo 2015 yang digelar Himpunan Masyarakat Karo Indonesia (HMKI) ini," terang Roy Fachraby.
Menurut Roy, rangkaian sejumlah kegiatan bangsa Karo ini akan bermuara pada semangat kepemimpinan di Sumatera Utara.
"Harapan kita, setelah tertidur cukup panjang, melalui rangkaian kebangkitan ini akan muncul 'Ulung Sitepu-Ulung Sitepu' baru," tandas lelaki yang sempat digadang maju di Pilkada Karo ini. [hta]
KOMENTAR ANDA