Di tengah semaraknya sejumlah pertandingan yang digelar di setiap sekolah pada momen kemeriahan HUT RI ke 70, ternyata ada juga siswa-siswa yang menyisipkan kekritisannya di dalam ajang perlombaan yang diikuti.
Lia Novianti misalnya, salah seorang siswa kelas XI IPA IV SMU Negeri 4 Binjai itu memperlihatkan keprihatinannya atas keadaan hari ini lewat perlombaan puisi yang diikutinya.
Dara berjilbab ini mengaku tak sekadar mengikuti lomba untuk perayaan saja.
"Ada yang lebih penting dari upacara dan tradisi perlombaan yang digelar setiap tahun ini. Yakni memulai dan merawat tradisi membaca," ujar Lia yang mengaku menghabiskan waktu luangnya dengan membaca.
Meski tak dapat disebut kampanye membaca, namun tindakan Lia ini memang sudah sejak lama dipersiapkan. Lia memilih momen perayaan 17 Agustus-an untuk mendeklamasikan sebuah puisinya.
"Awalnya hanya numpang deklamasi saja, nggak ada target apa-apa. Karena ini sudah dipersiakan sejak lama" ujar Lia sambil menambahkan, puisinya itu ditempatkan sebagai juara kedua lomba baca puisi se SMA Negeri 4 Binjai.
Lia sendiri mengaku sedih dengan kemampuan membaca generasi muda hari ini yang terus merosot.
"Sebagian besar dari generasi kami saat ini lebih suka menonton. Dan tak bisa memilih cara melakukan aktualisasi diri," tandas dia.
Berikut adalah puisi yang ditulis Lia sesaat sebelum naik ke panggung.
Kemana Perginya Buku-buku Itu?
Ia berserakan
Dibiarkan menjadi berdebu dan usang
Malukah ia yang tak seindah layar handphone kita?
Malukah ia dibaca manusia-manusia yang berakal seperti kita?
Kita dibuai dan dibelai oleh alunan musik
Gadget-gadget itu berbisik dengan sangat menggoda
Bukankah yag tak mau mengenal kita?
Ataukah kita yang tak mau mengenalnya?
Kegagalan membuat kita beralasan
seakan dia salah total
Padahal dia selalu membuka pintunya untuk kehadiran kita
Ia laksana guru tanpa nafas
tapi dia hidup tak berbatas
karena dia diukir oleh tinta lembut seseorang yang bernafas
Dia ada, namun dilupakan
Dia hidup, tapi dimatian
Kita sibuk berbicaa tanpa saling menatap muka
Layar kilat nan canggih itu mampu memberikan kesenangan pada diri
Tetapi, dapatkah barang itu membuat kita
benar-benar merasakan hidup yang nyata? [hta]
KOMENTAR ANDA