Kedatangan rombongan senator dan anggota kongres Amerika ke Istana kamis malam (13/7) pasca resuflle kabinet, dapat diartikan sebagai bukti bahwa proses resuffle kabinet kali ini tidak bisa lepas dari tekanan asing. Demikian disampaikan Aktivis Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Muhammad Adnan Rarasina.
Menurut Adnan, wajar saja dalam politik diplomasi, presiden di sambangi pejabat negara asing tapi politik adalah narasi kejadian yang sambung menyambung maka kunjungan para senator ini tak bisa di pisahkan dari rentetan kejadian sebelumnya.
"Tentu Amerika sangat berkepentingan dengan resuflle kabinet kali ini mengingat besarnya kepentingan ekonominya di Indonesia. Sebut saja Freeport yang sedang getol memperpanjang usaha pertambangannnya, belum lagi soal Newmont dll," ujar Adnan.
Masuknya orang orang titipan yang selama ini di kenal sangat pro pasar bebas seperti Darmin Nasution dan Thomas Lombong yang lama bekerja di perusahaan keuangan asing adalah bukti bahwa setiap rezim apapun yang berkuasa sejak orde baru, tim ekonomi akan selalu di kuasai oleh para penganut liberalisme, komparador asing ini. Keberadaan Rizal Ramli di kabinet hanya untuk lip service. Rizal akan kesulitan dan kesepian di tengah kepungan para ekonom neolib ini tuturnya.
Ini Rupiah sudah mendekati 14 ribu lanjut Adnan, tim ekonomi pemerintah malah sibuk mempersiapkan utang baru untuk menutup devisit perdagangan. Apapun situasinya, pilihan politik Jokowi untuk kompromi ini kita berikan kesempatan bekerja.
"Tidak usah lagi teriak teriak soal Trisakti & nawacita bila resuffle kali ini masih bernuansa neolib," tutup Adnan yang juga kader muda PAN ini.[rgu]
KOMENTAR ANDA