post image
KOMENTAR
Gubernur Papua Lukas Enembe meminta media massa tidak mengeruhkan suasana di Tolikara, Papua. Terutama media massa nasional dan para netizen di media sosial seperti facebook dan twitter.

Menurutnya, selama ini masyarakat Papua sangat cinta damai dan menjaga semangat toleransi beragama. Karenanya, kata Lukas, peristiwa Tolikara bukan mencerminkan kehidupan beragama masyarakat Papua yang sesungguhnya.

"Kasus Tolikara ini kan bersifat insidental. Muncul karena kesalahpahaman baik antaraumat beragama maupun masyarakat dengan pihak keamanan. Tidak perlu dibesar-besarkan lagi seakan-akan kami di Papua ini tidak junjung toleransi. Saya tegaskan, dari dulu, Papua ini sangat menjaga toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Jadikan kasus ini sebagai pelajaran," kata Lukas dilansir dari JPNN, Senin (20/7/2015).

Lukas mengatakan, selama ini Papua dibangun dengan semangat toleransi dan kerukunan umat beragama yang kental. Karenanya, ia meminta umat Kristen dan Islam di Kabupaten Tolikara, khususnya dan di seluruh Indonesia untuk menjaga perdamaian dan tidak terprovokasi oleh isu atau berita-berita provokatif yang tidak berimbang terkait insiden tersebut.

Tadinya, kata Lukas, ia juga diundang panitia Seminar dan KKR Pemuda GIDI Internasional untuk membawakan materi tentang peran pemerintah Provinsi Papua dalam membangun Gereja pada Rabu (15/7) lalu di Karubaga, ibukota Kabupaten Tolikara. Namun, ia hanya satu hari mengikuti acara tersebut. Keesokan harinya, Lukas menuju kampung halamannya di Mamit, Distrik Kembu, Tolikara untuk berlibur.

"Dalam seminar itu, saya juga meminta para Pemuda GIDI se-Papua dan se-Indonesia, pentingnya membangun sikap toleransi, perdamaian dan keamanan demi mendukung pembangunan. Insiden ini benar-benar di luar bayangan kami. Saya melihat itu hanya kesalapahaman kecil dan emosi sesaat kedua belah pihak," tegas Lukas.

Lukas juga meminta kepada pemerintah Kabupaten Tolikara, pihak keamanan (TNI/Polri) dan para pemimpin/tokoh agama untuk terus membangun komunikasi penuh kasih dan pendekatan persuasif agar kondisi Tolikara yang kini kondusif terus dipelihara dan ditingkatkan.

Sementara itu, Asisten 1 Bidang Pemerintahan Setda Papua, Doren Wakerkwa mengatakan, pemerintah Provinsi Papua menyayangkan terjadinya insiden Tolikara. Namun, ia juga menyayangkan pemberitaan yang provokatif oleh media massa nasional dan media sosial seperti facebook dan twiter yang bersifat provokatif dan memperluas isu SARA dalam kasus ini.

"Saya sudah dapat informasi, yang terbakar itu bukan masjid, tapi mushola. Dan itu pun bukan dibakar, melainkan terbakar karena letaknya diapiti oleh kios-kios yang dibakar massa. Jadi tak ada niat mushola itu dibakar. Catat itu. Saya minta dengan tegas, kejadian ini juga jadi pelajaran bagi aparat keamanan untuk bisa menahan diri dan melakukan pendekatan persuasif," tegas Doren.

Menurut Doren, sejak dulu warga sangat terbuka bagi pendatang dari berbagai agama, suku dan budaya untuk membangun Papua. Karenanya, jangan sampai perdamaian di Papua terganggu akibat masalah SARA.[rgu/rmol]

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel