Mendekati akhir Ramadhan 1436 H, bursa kocok ulang Kabinet Kerja semakin panas dan ketat. Posisi Menko Perekonomian yang kini diduduki Sofyan Djalil dalam banyak perbincangan di kalangan politisi dan aktivis disebut-sebut sebagai salah satu pos yang akan terkena reshuffle.
Posisi baru menanti Sofyan Djalil. Belum jelas benar, namun sejumlah pos yang kabarnya sedang menanti Sofjan Djalil adalah Menteri Negara BUMN, menggantikan Rini Soemarno, juga Kepala Bappenas, menggantikan Andrinof Chaniago.
Kabar mengenai reshuffle ini memang masih kerap naik-turun. Tetapi sudah sejak dua pekan lalu ada tiga orang yang disebut-sebut dalam banyak pembicaraan di kalangan politisi dan kativis yang akan masuk menggantikan Sofyan Djalil.
Ketiganya adalah mantan Gubernur BI Darmin Nasution, mantan Menteri Keuangan yang kini bekerja untuk Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati, serta mantan Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan yang kini adalah Komisaris Utama BNI 46 Rizal Ramli.
Darmin Nasution dan Sri Mulyani adalah wajah lama yang pernah memperkuat pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Keduanya dianggap memiliki peran dalam sejumlah kasus keuangan besar yang pernah terjadi di perioden lalu, termasuk megaskandal danatalangan untuk Bank Century senilai Rp 6,7 triliun.
Selain itu, keduanya juga merupakan elemen penting kelompok ekonom konservatif yang memiliki kecenderungan membela kepentingan market (baca: pasar internasional), dan di saat bersamaan mengeyampingkan atau menomorduakan kepentingan dalam negeri.
Berbeda dengan keduanya, Rizal Ramli dikenal sebagai ekonom ekonomi kerakyatan yang selama ini memperjuangan kedaulatan ekonomi rakyat dalam negeri. Pendekatan ekonomi Rizal Ramli unik. Dia bisa membuktikan, menjadi pendukung ekonomi kerakyatan tidak berarti berseberangan dengan kelompok ekonom internasional. Buktinya, Rizal Ramli merupakan salah seorang anggota Panel Ahli PBB.
Rizal yang pernah memperkuat pemerintahan Abdurrahman Wahid dikenal sebagai sosok yang memiliki seribu satu cara untuk memecahkan kebuntuan ekonomi. Terapi ekonominya di era Gus Dur terbukti pernah menyelamatkan sejumlah lembaga, seperti Bulog, Dirgantara Indonesia, Perusahaan Listrik Negara (PLN), Telkom, dan Garuda.
Di zaman SBY, Rizal Ramli sempat dibercaya menjadi Komisaris Utama Semen Gresik. Tugas dilaksanakannya dengan sangat baik. Rizal Ramli meninggalkan posisi itu karena berseberangan pendapat dengan pemerintah SBY terkait kenaikan harga BBM. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA