Hingga saat ini para pengungsi Sinabung tetap nekad masuk ke zona merah yang ditetapkan harus steril oleh pihak PVMBG seiring meningkatnya status Sinabung menjadi Awas. Tidak sedikit pengungsi yang selalu pulang ke ladang mereka yang terletak pada radius 7 kilometer dari Sinabung dengan alasan untuk memetik panen.
Ketua Program Aksi Cepat Tanggap (ACT) Medan, Susanto Ginting mengatakan, sikap nekad yang ditunjukkan oleh para pengungsi tersebut lebih disebabkan kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi jika hanya mengharapkan bantuan dari pemerintah.
"Pemerintah hanya membantu mereka untuk makan dan minum saja, sementara untuk kebutuhan sehari-hari anak mereka ke sekolah tidak ditanggung," katanya, Jumat (19/6/2015).
Menurut Susanto, pemerintah seharusnya tidak hanya berpatokan pada pemenuhan kebutuhan logistik berupa makanan dan minuman para pengungsi saja. Namun bantuan yang diberikan juga harus didasarkan pada faktor sosial pada masyarakat Karo.
"Warga Karo itu setiap pagi selalu ke kedai kopi. Disitu mereka berinteraksi sosial dengan yang lainnya. Kalau mereka tak punya uang bagaimana mereka ke kedai meski sekedar minum teh saja. Ini hal kecil tapi menjadi salah satu faktor yang membuat mereka nekad pulang ke ladang untuk memetik buah kopi mereka," ujarnya.
Persoalan-persoalan kecil seperti ini menurut Susanto sudah menjadi keluhan bagi para pengungsi. Sebab, pemerintah sejauh ini hanya memperhatikan kebutuhan pokok mereka dengan mensuplai makanan dan minuman.
"Apa dengan makan dan minum di tenda pengungsian itu cukup? tidak. Para pengungsi juga butuh biaya untuk kebutuhan sekolah anak mereka," demikian Susanto.[rgu]
KOMENTAR ANDA