Kemungkinan terjadinya pengaturan skor pada pertandingan sepak bola biasanya berada pada klub papan menengah.
"(Tim) yang di tengah ini menang atau kalah tidak ada pengaruh, biasanya pengaturan skor ada di situ," kata Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti di Jakarta, Rabu (17/6).
Menurut Badrodin, berdasarkan informasi yang didapat pihak kepolisian, klub papan atas dan papan bawah bermain dengan sungguh-sungguh karena ingin juara dan tidak ingin terdegradasi ke kompetisi level bawah.
"Informasi yang kita dapat, ada 20 klub dalam satu kompetisi. Ada lima klub teratas, lima klub terbawah. Biasanya mereka bermainnya sungguh-sungguh karena kan mau juara, yang dibawah juga begitu karena gak mau terdegradasi," kata Kapolri.
Sebelumnya seseorang berinisial BS yang mengaku sebagai pelaku "match fixing" melaporkan manajer klub, pemain, dan beberapa pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dengan dugaan pengaturan skor pertandingan sepak bola Indonesia di ajang nasional dan internasional ke Bareskrim Mabes Polri pada Selasa (16/6) sore.
BS yang diampingi oleh sejumlah lembaga bantuan hukum tersebut melaporkan adanya tindak pidana penyuapan di beberapa kasus persepakbolaan Indonesia dalam kurun tahun 2000 hingga 2015.
Dalam laporan polisi yang dibuat pukul 15.00 WIB Selasa 16 Juni 2015 itu disebutkan penyuapan periode 2000-2010 menggunakan dana APBD. Sedangkan dana penyuapan periode 2010-2015 berasal dari investor Malaysia berinisial DAS. [hta]
KOMENTAR ANDA