Seorang bocah bernama Rifi Bagas Pramana hanya dapat terbaring di tempat tidurnya.
Anak dari pasangan suami istri Muhammad Hanafi (46) dan Ramiri (33) warga Jalan Padang, Kelurahan Rambutan Dalam, Binjai Selatan ini selama tujuh tahun menderita penyakit yang didiagnosa memiliki cairan berlebih di otaknya (Hidrocefalus), dan membuatnya mengalami kelumpuhan.
Selain itu, tubuhnya bocah yang bulan September 2015 ini genap berusia 9 tahun menjadi kurus. Tulang kaki dan tangannya serta tulang leher yang menopang kepalanya sudah kaku dan tidak bisa lagi digerakkan lagi.
Ibu Rifi bernama Ramiri mengatakan, penderitaan anaknya terjadi saat berumur 1 tahun 2 bulan. Awalnya Rifi mengalami demam biasa, namun beberapa jam kemudian demamnya tinggi.
"Awalnya demam biasa, tapi beberapa jam kemudian demamnya langsung tinggi. Kami pun membawa rifi ke RS Djoelham, Binjai," katanya, Selasa (16/6/2015).
Sayang, saat dibawa kerumah sakit, tak ada satu pun pihak dokter yang menangani anaknya. Alasan mereka waktu itu, karena libur tahun baru.
"Rifi lalu kami larikan ke klinik Chiocio, Binjai untuk mendapat perawatan. Rifi pun sempat koma selama 23 hari. Saat itulah timbul masalah baru, karena obat yang dikonsumsi tubuh anakku mengalami pembengkakan," ungkapnya.
Setelah 23 hari mendapatkan perawatan, pihak klinik pun membolehkan Rifi pulang.
"Satu hari dirumah Rifi kembali demam tinggi disertai kejang-kejang. Melihat itu, kami lalu membawa Rifi ke Rumah Sakit Helvetia Medan," ujarnya.
Di Rumah Sakit tersebut, Rifi pun di scanning dan hasilnya ditemukan ada cairan di dalam otak. Karena bakterinya terlalu banyak, dokter menyarankan harus dikeluarkan dari otak ke kantong kemih.
"Rifi pun menjalani operasi pemasangan selang yang disambungkan dari otak ke kantung kemihnya. Dari selang tersebut cairan terbuang ke kantung kemih dan dikeluarkan melalui alat kelaminnya,” kata Ramiri sembari mengaku biaya operasi sebesar itu Rp 8 juta.
Setelah operasi, katanya, kondisi Rifi bukannya malah membaik. Kesehatannya menurun, tubuhnya kembali kejang-kejang dan kepalanya pun mengalami pembengkakan serta koma.
“Rifi kemudian dirawat di ruang ICU selama 3 bulan. Kepala Rifi pun semakin membesar. Alasan dokter karena kebanyakan cairan jadi merembes. Kemudian disuntik selama 3 hari besar kepalanya berkurang,” terang ibu 4 anak itu.
Setelah 3 bulan berada di ruang ICU, Rifi pun pindah ke ruangan. Namun, selama satu minggu, Rifi kembali lagi masuk ke ICU.
"Anakku kejang-kejang dan tidak sadarkan diri. Selama 3 minggu di ICU, anakku lalu dua hari masuk keruangan. Kami pun membawa Rifi. pulang karena tidak ada biaya," katanya.
Ramiri mengatakan, selang yang terpasang di tubuh anaknya itu tertanam seumur hidupnya.
"Selama hampir delapan tahun seperti inilah kondisi anakku. Berat tubuh Rifi sekarang tinggal 6 kg," jelasnya.
Ramiri disarankan untuk membawa Rifi menjalani kemo therapy selama 3 kali dalam 1 minggu. Karena tidak ada biaya, kemo teraphy pun tidak dilakukan.
"Belum lagi, obat penenang otak yang setiap hari harus dimakan, jika tidak maka anakku akan step," ungkapnya.
Akibat penyakit itu, anakku juga mengalami kebutaan dan kurang pendengaran.
"Kami pihak keluarga berharap adanya mukjizat dari tuhan agar anakku bisa sembuh. Dokter sempat memvonis bahwa hanya 40 persen anakku dapat sembuh," pungkasnya.[rgu]
KOMENTAR ANDA