JOHN Nash dan istrinya meninggal dalam kecelakaan di sebuah taxi di New York (24/5). Berita ini langsung menyengat saya mengingat kejeniusan dia membantu kita untuk memahami kerumitan dalam memutuskan apa saja.
Siapa John Nash? Dalam film pemenang Oscar A Beautiful Mind”, Russel Crowe berhasil menghidupkan John muda, seorang matematikawan di Universitas Princeton, dengan begitu polos dan lugas. Di tahun 60-an dia mencari rumus matematika untuk memprediksi keputusan orang dalam urusan apa saja, dari soal pacaran, belanja, sampai bekerja.
Teori itu dikenal sebagai Game Theory. Sebelumnya John von Neumann membuat model matematika untuk zero-sum game, yaitu dalam ekosistem jika ada yang rugi, pasti ada yang untung. Dalam pertandingan, selalu ada yang menang dan yang kalah.
Namun John mencari jawab lebih dari itu. Dia membuat model matematika yang lebih rumit untuk membuktikan dalam situasi pelik, jika para pihak yang terlibat mau bekerja sama”, maka hasil yang diperoleh jauh lebih baik daripada memaximalkan kepentingan masing-masing.
Ilustrasi yang paling terkenal adalah prisoner dilemma”. Ada 2 orang yang di-interogasi terpisah karena kejahatannya. Jika salah satu mengaku, dan yang lain diam, maka yang mengaku bebas, dan yang diam dihukum 10 tahun. Jika keduanya mengaku, maka mereka dihukum 5 tahun. Sedangkan jika keduanya diam, maka mereka dihukum 1 tahun. Keduanya mengetahui aturan main ini, tapi tidak bisa berkomunikasi. Apakah yang mereka akan putuskan?
Jika mereka berpikir cepat, maka keduanya akan mengaku karena ingin bebas. Tetapi jika mereka berpikir dalam, mereka menebak yang lain akan melakukan yang sama sehingga akan dipenjara 5 tahun. Kini keduanya mulai mengingat-ingat bagaimana perilaku yang lain dalam bersikap. Jika mereka kompak, maka lebih baik keduanya diam, walaupun ada resiko di-khianati yang lain.
Nah, Nash membuat rumus matematika yang menunjukkan konvergensi para pihak dalam keputusan selama keduanya rasional. Rumus matematika yang bisa memprediksi ketidakpastian”ini langsung bermanfaat bagi banyak hal.
Game Theory cepat menjalar masuk ke berbagai bidang pelik seperti keputusan dalam pasar keuangan, strategi perusahaan, negosiasi perburuhan, hingga konflik antar negara. Begitu banyaknya manfaat kejeniusan Nash sehinga dia dianugerahi Nobel Ekonomi di tahun 1994.
Di musim gugur 1992 saya beruntung mengikuti kuliah Industrial Organization” (IO) di School of Economics Massachusetts Institute of Technology (MIT) dari Prof. Jean Tirole, seorang economist muda Perancis. IO adalah cabang ilmu Game Theory tentang interaksi perusahaan dan pasar. Dengan semangat, dia bisa menyederhanakan rumus matematika rumit.
Saat itulah saya jatuh hati ke teori ini. Tirole menggunakan IO untuk regulasi pasar dan monopoli. Dia dapat memformulasikan model harga optimum bagi pasar keuangan di AS dan Eropa. Atas kontribusinya yang besar, dia diganjar Nobel Ekonomi di tahun 2004, 20 tahun setelah gurunya, John Nash, menerimanya.
Banyak bencana katastrop dunia yang batal karena para pihak secara intuitif menggunakan Game Theory, seperti Krisis Kuba saat Kennedy-Krushev dan perang bintang saat Reagan-Andropov. Pada akhirnya tidak berperang adalah solusi terbaik.
Untuk melindungi kepentingannya, seseorang harus memikirkan orang lain. Ini bertentangan dengan teori klasik Adam Smith di abad 18 yang mengatakan kehidupan manusia akan menjadi lebih baik jika setiap orang mengejar kepentingannya sendiri, karena ekuilibrium alami akan tercapai dari seluruh interaksi manusia yang egois.
Cara berpikir Game Theory selalu saya gunakan dalam 25 tahun karir saya di dunia korporasi, termasuk menjadi orang nomor satu di berbagai perusahaan selama 12 tahun. Saya sangat terbantu saat menghadapi isu barrier-to-entry, penentuan harga jual, persaingan tidak sehat, keputusan investasi, hingga hubungan dengan karyawan.
Saat negosiasi penjualan lokomotif buatan GE Lokindo di Madiun kepada PT. Kereta Api, saya mengajak pihak KAI untuk meng-explorasi konsekuensi dari seluruh opsi. Akhirnya kami sepakat dengan term yang saling menguntungkan. Waktu PLN kesulitan menghidupi Mesin Pembangkit yang sudah tidak ekonomis, saya berhasil mengajak PLN dan GE mencari solusi baru yang menguntungkan keduanya.
Waktu berembuk dengan Asosiasi Pilot Merpati yang menuntut kenaikan gaji di tengah arus pembajakan pilot, saya membuat simulasi bersama atas semua kemungkinan. Akhirnya mereka bersedia tidak naik gaji. Selama 6 tahun memimpin Merpati di saat sulit, tidak ada satupun aksi karyawan yang mengganggu perusahaan. Mereka makin kooperatif jika assymetric information berkurang.
Saya memahami kesulitan yang dihadapi Pemerintah dalam keputusan yang dilematis, seperti subsidi BBM, impor beras, ekspor tambang mineral, atau insentif pajak. Para pelaku usaha dan masyarakat yang dihadapi memiliki strategi sendiri dengan perilaku beragam. Mereka akan bertindak reaktif terhadap aksi Pemerintah.
Semoga aplikasi Game Theory dapat digunakan dan dipahami oleh seluruh tim Pemerintah agar terjadi perilaku yang diharapkan. Niat baik saja tidak cukup. Manusia itu rasional.
Tuhan begitu baik memberi Nash bagi kita semua.
Thank you, John! Rest in peace…
Alumni Technology Policy MIT
KOMENTAR ANDA