DPD RI mendesak Presiden Jokowi melakukan reshuffle kabinet pada momen enam bulan pemerintahannya. Jokowi bersama Jusuf Kalla dilantik sebagai Presiden dan Wapres pada 20 Oktober 2014 lalu.
"Ini adalah momen yang tepat (reshuffle)," ujar Aggota DPD asal Sumut, Dedi Iskandar Batubara kepada redaksi, Jumat (24/4/2015).
Selama enam bulan, lanjut Dedi, Presiden Jokowi pasti sudah menilai siapa para menterinya yang bener-benar bekerja dan siapa yang hanya bisa menjilat dan pencitraan. Hal itu bisa dilihat dari output atas kinerja dari menteri yang bersangkutan.
Salah satu yang layak di-reshuffle di Kabinet Kerja, menurut Dedi adalah, Menteri Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto. Banyak pihak menilai, Andi adalah penyusup di Istana. Andi kerap menjadi sorotan akibat penyataan-pernyataannya yang dianggap blunder, dan bisa membahayakan Presiden Jokowi.
Terakhir, kata Dedi, pernyataan blunder Andi adalah, setelah Presiden Jokowi menyampaikan pidato pembuakaan di KAA yang banyak mendapat pujian. Pada hari itu juga, Andi malah membeberkan yang menulis pidato tersebut adalah dirinya bersama tim yang disebut Tim Substantif, antara lain Luhut Panjaitan, Rizal Sukma dan Sukardi Rinakit.
"Orang semua tahu, yang menulis pidato Presiden adalah staf. Tapi nggak boleh donk disebutkan ke publik. Ini seoalah-olah menunjukkan Andi dan tim-lah yang hebat, bukan Presiden Jokowi," ungkap aktivis KNPI dan Al-Washliyah ini.
Blunder Andi tersebut, lanjut Dedi, sudah pasti menjatuh cita Presiden Jokowi dan Indonesia.
Dedi menambahkan, selain Andi, menteri yang layak dicopot adalah menteri yang duduk di pos perekonomian. Mereka dinilai tidak mampu menyelamatkan nilai tukar rupiah yang anjlok hingga menyentuh angka Rp 13.000 per dolar AS.
"Selain itu (mereka layak dicopot), karena harga BBM yang tidak pernah pasti sebab dilempar ke pasar. Harga sembako seperti beras yang merangkak, termasuk harga gas elpiji, tarif listrik dan transportasi," tukasnya.[rgu/rmol]
KOMENTAR ANDA